[16]

160 28 33
                                    

SELAMAT MEMBACA

⚘⚘⚘

Siang sudah merona. Aroma kota Surakarta lembut melelehkan sepi oleh bingar orang-orang yang tengah keluar dari kelas ketika perkuliahan usai. Ayana merasa lega sekali setelah keluar dari mata kuliah yang dosennya killer itu. Untung saja waktu berjalan cukup cepat. Awal perkuliahan Ayana berjalan dengan lancar. Dia punya banyak teman baru.

"Na, makan yuk," ajak Ayu, teman semadrasahnya yang sekarang sekampus dengan Ayana juga, seakan tahu bagaimana perut kawannya itu sekarang.

"Yuk, laper."

Mereka pergi ke sebuah warung makan di pinggir jalan yang sudah menjadi langganan mereka selama menjadi mahasiswi di kota nan hiruk pikuk itu meski terhitung masih sebagai mahasiswa baru. Bukan hanya Ayana dan Ayu saja, banyak kawan baru di bangku perkuliahan ini yang sudah akrab bahkan dekat.

"Na, mau makan apa?" Icha, teman Ayana asal medan dengan logat bataknya selalu menawari lebih dulu jenis makanan apa yang ingin Ayana santap.

"Ehm, pecel aja deh."

"Aku juga deh," kata Icha mengikuti pesanan Ayana sebab lidah medannya belum terlalu sesuai dengan masakan Surakarta yang terlampaui serba manis. "Buk, pecel dua ya."

Sembari menunggu pesanan, Ayana menyibukan diri dengan membaca ulang pesan-pesan singkat yang membuatnya terjaga hampir semalaman. Senyum mendadak memenuhi wajah Ayana, sementara teman-teman lain memandanginya heran, dan ia tidak peduli. Ayana melanjutkan aktivitasku itu. Terlalu banyak yang telah terjadi tanpa ada yang megetahui.

"Eh, Ayana?" Mendadak suara yang amat sangat gadis itu kenal menyapanya dan secara spontan membuat Ayana mendongak menatap asal suara yang sedang tersenyum itu tepat dihadapannya.

"Mas Arga?" kata Ayana singkat menutupi segala keterkejutannya yang kaku dan dengan cepat pula ia merapikan dirinya lalu tesenyum berusaha bersikap biasa-biasa saja. "Apa kabar?"

"Baik, alhamdulilah," jawab Arga lantas tersenyum ramah dengan dua lesung pipi yang dalam bak telaga. "Lama ya, kita nggak ketemu?"

"Heem iya Mas, lumayan lama." Ayana sedikit kaku dengan senyum yang melemahkan dari pemuda itu dan membuat hatinya berdesir.

"Kuliahmu jurusan apa sih, Na?" tanya pemuda itu sembari mencari meja yang kosong.

"Sastra inggris Mas," jawab Ayana masih memandangi langkah Arga dengan seseorang yang mengekor di belakang Ayana.

"Oh iya, bagus itu."

Setelah saling sapa itu dia duduk untuk makan di meja sebelah Ayana dengan seorang gadis yang sudah tentu Ayana tidak tahu siapa, yang sejak tadi mengekor Arga. Wajahnya cantik sekali dan terlihat sangat bersahaja. Gadis itu tersenyum pada Ayana ketika Arga menyapanya tadi dan masih tersenyum bahkan sampai ia duduk di hadapan Arga yang memesan makanan. Rasa penasaran membuncah dalam benak Ayana. Pikiran aneh tentu yang timbul oleh Ayana sekarang. 

Batin Ayana pun mulai kalut dengan pikiran itu sendiri. Gadis itu siapa? Atau mungkin pacar Arga? Tidak. Tidak mungkin. Tidak boleh. Aku tidak setuju. Tapi, memangnya siapa aku ini berani seperti itu?

"Na, siapa tuh?" Icha memainkan alisnya menggoda Ayana ketika ia sedang hanyut dalam pikirannya.

"Bukan siapa-siapa." Ayana menjawab ketus sebab kekesalannya menggebu dan menyeringai penuh pada sosok gadis yang bersama Arga itu.

"Maksudku, yang cewek itu loh siapanya?" Icha terkekeh sendiri diikuti kawan-kawan lain dengan lawakannya yang menurut Ayana sangat tidak lucu.

"Apaan sih?" Ayana berlalu tanpa memedulikan makanan yang belum selesai ia santap dengan menatap kekesalan di sampingnya itu, yang duduk bersama Arga.

Diantara Doa Aku Mencintaimu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang