[17]

154 27 25
                                    

Seperti yang telah direncanakan. Malam sudah sampai menemu dua orang yang sedang duduk di bangku taman dengan bunga di bawa salah satunya yang nampak gusar. Lampu taman yang temaram menimpa wajahnya yang mulai dirundung gelisah.

"Ah Nit, aku gugup." Arga mengatur napasnya yang naik turun dan terasa sesak seperti dicekik. "Aku nggak yakin akan berhasil."

"Rileks Ga, kamu pasti bisa." Anita, gadis anggun berparas cantik ini menepuk-nepuk pundak Arga yang tengah berdebar menanti seseorang datang. Sementara debaran lebih kencang juga mengoyak hati Anita sendiri.

"Kayaknya siang tadi dia ngira kalo kita ada apa-apa deh Nit." Arga menyuara dengan mengatur napasnya akibat gugup. "Kalau dia nggak dateng gimana?"

Anita menahan debaran dalam batinnya sembari tersenyum teguh menatap Arga guna meyakinkan sahabatnya itu. Setelah bertemu dengan gadis pujaan Arga ketika makan siang, Anita mengerti betapa cintanya Arga pada gadis itu dan betapa raut cemburu tergambar jelas pada wajah gadis itu ketika melihatnya bersama Arga. Anita sangat bisa memahami situasi perasaanya yang berada diantara dua orang itu.

"Dia pasti datang kok, yakin aja."

Anita lebih bergejolak lagi, ada rasa yang ia tahan selama ini pada sosok lelaki bermata teduh itu. Cinta. Ya, Anita sudah lama menahan cintanya pada Arga yang hanya menganggapnya sebagai sahabat belaka. Anita hanya menunggu. Ia tak berani memulai apa-apa dengan Arga. Ia takut jika hubungan persahabatannya dengan Arga akan renggang jika pemuda itu tahu perasaan Anita. Toh, Anita adalah wanita. Ia hanya ingin menunggu balasan perasaan yang sebenarnya tak pernah bersambut itu. Anita hanya percaya jodoh pasti akann bertemu.

"Bismilah Ga," ujar Anita sembari memandangi buket bunga mawar itu yang sungguh membuat hatinya ngilu. "Allah pasti memberi kemudahan."

"Aamiin."

Taman yang ramai itu terasa sunyi bagi Arga. Batinnya berdebar sebab ia banyak berpikir dengan langkahnya ini benar atau salah. Arga tahu betul dan sadar bahwa gadis bernama Ayana itu adalah gadis yang dijodohkan dengan adik sepupunya, tapi perasaan dalam batin Arga tak bisa ia bendung begitu saja. Lagi pula Arga bertemu dengan Ayana sebelum ia tahu bahwa gadis itu dijodohkan dengan adik sepupunya. Pun Arga tidak berniat memiliki gadis itu, Arga hanya ingin mengungkapkan perasaannya.

Yang membuat Arga tidak yakin bukanlah jawaban dari gadis itu atas perasaanya, tapi jalan apa yang akan ia tempuh setelah semua ini terjadi. Arga tahu jika Ayana belum mengetahui jika kalau dirinya bersaudara dengan pemuda yang di jodohkan dengannya. Arga tidak tahu lagi harus bagaimana sebab perasaannya pun tidak bisa dicegah apalagi dipersalahkan.

"Aku tahu yang kamu pikirin Ga," kata Anita memandangi Arga lekat. "Lakukan yang menurut kamu benar Ga, aku tahu gadis itu juga suka sama kamu, kelihatan dari cara dia natap kamu tadi siang."

"Tapi Nit, dia udah di jodohin sama adik sepupuku." Arga menatap langit yang kosong tanpa awan juga tanpa banyak bintang, hanya bulan sendirian.

"Kalau kalian saling punya rasa, lebih baik diungkapkan." Anita menganggup pasti memberi keyakinan untuk Arga. "Apa yang terjadi setelah itu, kalian bisa hadapi bersama dan coba buat keluarga kalian paham."

Di sinilah letak Arga begitu menyayangi Anita sebagai sahabatnya. Anita begitu dewasa dalam memahami maupun memberi solusi bagi masalah appaun yang Arga luapkan dan Arga membutuhkan Anita sebagai penampung keluh kesahnya tanpa ia tahu bahwa Anita menyimpan sesuatu untuknya dalam hatinya.

"Ga, itu Ayana deh." Anita menunjuk seorang gadis yang tengah berdiri jauh dari mereka sembari menatap layar ponselnya. "Bentar, kamu di sini aja biar aku yang nyamperin."

Anita bergegas menemui gadis bernama Ayana itu. Arga mengarur napasnya sembari membaca dzikir dalam hatinya guna dimudahkan segala urusannya oleh Tuhannya. Arga berharap yang baik-baik saja.

Diantara Doa Aku Mencintaimu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang