SELAMAT MEMBACA
⚘⚘⚘
Waktu dengan cepat berlalu. Malam meracik sepi pada sudut hati ketika buku-buku tebal dengan judul Latihan Soal Ujian Nasional, Memahami soal-soal UNBK, Rahasia Nilai Bagus dalam UNBK, bertumpuk di meja belajar, tak terbaca. Dinaungi lampu belajar yang berbinar penuh semangat, buku-buku ujian itu nampak nyalang menatap seorang gadis. Memaksanya membuka satu persatu halamannya. Menuntunnya untuk membaca setiap kalimat dalam buku itu. Sungguh memuakan. Ayana tidak suka belajar.
Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK akan dilaksanakan besok pagi, tapi semangat Ayana belajar hanya seujung kuku. Buku-buku itu seperti mengoyak otak, mencecar segala tenaga malamnya untuk belajar, belajar, dan belajar. Jam dinding pun turut menambah derita dengan waktu yang seolah berjalan cepat hingga tak disadari malam sudah pukul sepuluh. Padahal Ayana belum menguasai materi satu pun. Ia pasrah saja.
Gelisah Ayana terhenti ketika ponselnya berderit-derit menyibak sepi malam.
Sudah malam, waktunya tidur, Na.
Jangan terlalu memaksakan diri untuk belajar, nanti kamu sakit.
~ Arga
Nama yang tertera di bawah pesan itu membuat Ayana ingin buru-buru menyelesaikan kegiatan memuakan itu, belajar. Benar juga kan, tidak perlu memaksakan diri. Kalau tidak bisa, ya sudah tinggalkan saja. Itu semboyan Ayana. Ujian itu hanya perihal tiga hal, yaitu datang, kerjakan, lupakan. Selesai. Hidup itu mudah. Hidup Ayana permudah saja jalurnya. Pun perasaanya dengan Arga kian hari kian meradang saja. Kedekatan mereka berdua sudah terjalin apik sejak kolaborasi penampilan puisi tempo hari ketika kelulusan Arga. Terhitung sudah hampir dua tahun lamanya.
Untuk waktu berikutnya, belum sempat Ayana membalas pesan dari Arga itu, pesan lain masuk dengan beruntun.
Ayana, sebentar lagi kamu ujian, kan?
Na, jangan lupa perbanyak ibadah sunnah dan berdoa semoga ujian kamu lancar.
Jaga kesehatan. Makan teratur. Tidur tepat waktu.
~ Fajar
Pesan dari Fajar itu sungguh seperti omelan dari Bunda. Banyak mengatur, tapi sangat perhatian. Entahlah, Ayana tidak terlalu memikirkan semua itu. Yang terpenting semua pesan-pesan itu ia balas sebagai tanda menghargai, terlebih Fajar dan Arga sudah sangat memperhatikannya. Membuat perasaan Ayana menjadi semakin tahu pada jalannya bahwa perasaanya kepada Fajar maupun Arga hanya sebatas kekaguman belaka.
Malam sudah semakin memekatkan diri pada waktu yang kian melaju secara perlahan. Meninggalkan nyanyian sumbang hewan-hewan malam yang tengah berkeliaran di luar. Menambah sepi malam. Ayana menutup buku-buku perihal ujian yang kurang berguna itu. Sangat tidak berguna malahan karena memang tidak dipelajari sungguh-sungguh. Lelah juga lama-lama menghadapi rumus-rumus dan materi-materi ujian itu. Tidur sepertinya adalah cara sederhana menyenangkan diri.
Sebelum benar-benar lelap pada tidur, pikiran Ayana kembali tergelayuti oleh sosok tak asing itu. Lelaki bermata teduh dan lelaki bersuara lembut. Keduanya bergantian muncul dalam rongga-rongga ingatan Ayana. Ia tak tahu bagaimana kedepannya cerita ini terjadi sebab ia kagum dengan kedua-duanya. Entah hati siapa yang akan tersakiti. Ayana hanya ingin menikmati kisah demi kisah. Biar Allah sang pemilik hati yang akan menuliskan jalan hidupnya.
Ayana membenamkan diri pada malam. Berharap tetap yang baik-baiklah yang akan membasuh keningnya esok hari. Ia rapatkan mata sembari merapal doa tidur. Detik berikutnya ia terlelap. Malam menyibak gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Doa Aku Mencintaimu [End]
SpiritualitéAku, Ayana putri. Ini kisah tentang perjalanan cintaku yang amat sangat rumit. Tentang perjodohan ku dengan seorang pemuda berpendidikan pondok pesantren bernama Fajar. Sementara, dalam perjodohan itu hatiku sudah terpaut oleh lelaki bermata teduh d...