SELAMAT MEMBACA
⚘⚘⚘
Siang menancap hari dengan terik. Gerbang madrasah sudah terbuka lebar setelah jamaah sholat dhuhur di Madrasah dan acara Campus Expo usai. Murid-murid berseragam batik berhamburan menaiki kendaraan masing-masing. Sementara kakak-kakak mahasiswa berjas sesuai almamater kampusnya masih sibuk bersua foto sembari bernostalgia dengan suasana Madrasah Aliyah Negeri 1 Grobogan. Hampir seluruh sudut Madrasah dicat warna hijau dan secara kebetulan seragam batik yang dikenakan siswanya hari rabu dan kamis pun berwarna hijau. Mejadi perpaduan warna hijau gedung dan seragam serta pepohonan rimbun yang sesuai dengan warna kesukaan Baginda Rasulallah Saw.
"Ayana?" Sebuah suara mendadak mengagetkan Ayana.
"Hai Mas Arga." Fitri, Kumala dan Nindy ditambah lagi Raina yang baru saja datang setelah menjadi panitia acara dengan spontan menjawab sosok tadi dengan lantang, Ayana tersenyum kikuk saja.
"Apaan sih kalian?" kesal Ayana.
"Ngomong-ngomong nih Mas Arga, Ayana mau minta foto." Nindy mendadak mendorong tubuh Ayana hampir menubruk Arga dan dengan keseimbangan luar biasa yang Ayana usahakan, ia berhasil berdiri tegak di samping Arga sehingga adegan seperti dalam drama korea yang direncanakan Nindy gagal terjadi.
"Ayo kita foto bareng." Arga tersenyum ke arah kamera yang dipegang Fitri, Ayana mengikut saja.
"Sudah, limapuluh ribu per jepret!" kata Fitri asal.
"Apaan sih?" Ayana menatap sinis tingkah sahabatnya itu yang lagi-lagi meninggikan perasaan gaduh dalam batin Ayana.
"Udah ayo cabut," ajak Ayana lirih tanpa terdengar siapa pun selain pada keempat sahabatnya ketika mendadak sebuah pesan via whatsapp masuk.
"Ya udah Mas Arga, kita pamit, ya." Kumala melambai tangan sementara Ayana tersenyum kikuk saja setelah bersalaman dengannya.
"Terima kasih Mas Arga," kata Ayana. Laki-laki itu tersenyum indah sekali, hampir runtuh segala pertahanan dalam hati Ayana.
"Iya, sama-sama."
Ayana berlalu dari Arga yang terakhir terlihat masih menatap langkah Ayana. Ia tak lega sebenarnya hanya sebentar bertukar kata dengan Arga. Tentu saja Ayana terpaksa cepat-cepat berlalu karena sebuah pesan di ponselnya. Suasana Madrasah masih riuh dengan aktivitas bersua foto. Ayana menembus ramai itu. Sementara Fitri, Nindy, Kumala dan Raina hanya mengekor pada Ayana.
"Ada chat dari Fajar, katanya udah nunggu di depan gerbang." Ayana bercerita ketika merasa posisinya sudah jauh dari Arga sehingga aman jika membicarakan persoalan Fajar atau apa pun yang berhubungan dengan perjodohannya. "Kan katanya kalian mau ketemu sama Fajar."
"Ketemu Fajar nih, Na?" Kali ini Nindy sangat antusias sementara Ayana angguki saja agar sahabatnya itu senang. "Yes."
"Kok yes?" Raina yang sejak tadi diam akhirnya menyuara karena dia yang tidak tahu apa-apa. Memang sudah tipikal Raina itu pendiam. "Fajar siapa?"
"Calon suami." Asal saja Ayana bicara ketika ia dapati sosok lelaki bersuara lembut itu sudah menunggu di depan gerbang. Berdiri di sebelah sepeda motornya tersenyum dari kejauhan.
"Itu orangnya." Nindy berjalan lebih dulu di depan Ayana yang hanya menghela napas heran dengan sahabatnya yang satu itu.
"Apa sih maksudnya? Calon suami apa, Na?" Raina berhenti menghujam pertanyaan ketika ia dapati Fajar di hadapan mereka. "Fajar?"
"Raina?"
Fajar sama terkejutnya dengan Ayana yang mendadak berubah raut mukanya. Bilah-bilah batin Fajar menguar sesuatu ketika cukup lama ia bertatap penuh keterkejutan dengan Raina yang berdiri mematung saja. Fitri dan Kumala serta Nindy main senggol-senggolan tangan antara terkejut karena Fajar dan Raina ternyata saling kenal atau terkagum oleh paras rupawan milik Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Doa Aku Mencintaimu [End]
SpiritualitéAku, Ayana putri. Ini kisah tentang perjalanan cintaku yang amat sangat rumit. Tentang perjodohan ku dengan seorang pemuda berpendidikan pondok pesantren bernama Fajar. Sementara, dalam perjodohan itu hatiku sudah terpaut oleh lelaki bermata teduh d...