I Can't

421 26 0
                                    

Aku mengamati pantulan diriku di cermin kamar. Beberapa saat lalu temanku mengabari bahwa ia akan segera sampai. Penampilanku hari ini tergolong biasa saja, karna memang aku tidak bisa berdandan jadi aku hanya tampil apa adanya.

Aku mendengar suara klason mobil dari bawah, sepertinya Liya sudah sampai. Aku melihat penampilanku sekali lagi dan kemudian keluar dari kamar.

Saat masuk ke dalam mobil, Liya menatapku dengan pandangan yang sangat aneh.

"Ada apa?" tanyaku. Liya tidak langsung menjawab, dia masih terus menatapku lalu berkata pelan, "Kau cantik."

Aku hanya memutar bola mataku malas, Liya itu memang sangat berlebihan, dia akan selalu mengatakan padaku seberapa cantiknya aku dan selalu bilang jika aku bisa dandan sedikit saja aku benar-benar akan dengan mudah menggaet banyak pria. Memang di otaknya hanya ada pria, dan pria. Aku sampai pusing mendengarnya.

"Sudahlah, tidak usah berlebihan."

Liya menggeleng pelan, "Ini sungguhan, apa kau menggunakan kosmetik yang ku berikan padamu kemarin?"

Aku hanya mengangguk pelan, aku tidak punya alat make up apapun, jadi saat Liya memberikan kosmetik padaku, aku tentu saja menerimanya walau saat awal aku merasa tidak akan pernah menggunakannya tapi ternyata aku tetap menggunakan nya di saat seperti ini. Aku hanya memoles sedikit wajahku agar tidak terlalu pucat, ya walaupun aku hanya menggunakan hal-hal yang cukup familiar saja, karna sebagainya aku tidak mengerti untuk mengaplikasikan di mana.

"Hah, sepertinya kita belum terlambat." Mendengar apa yang Liya katakan aku mengenyit bingung, apa yang akan dia lakukan?

Aku hanya menatapnya di saat dia mulai membongkar isi tasnya. "Coba pejamkan matamu."

Aku hanya menurut, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang lembut menyentuk kelopak mataku, dan di ikuti dengan jemari Liya yang seperti mengelus pelan. Aku hanya diam menerima apa yang Liya lakukan, aku tidak ingin Liya kesal karna aku menolak dan malah menusuk mataku dengan benda itu, ya walau itu sangat tidak mungkin, tapi siapa tau.

"Sudah selesai, sekarang kau tampak lebih cantik. Sangat cantik, aku yakin pasti selama acara alumni ini semua orang akan terfokus padamu."

Aku hanya diam saja, aku tidak tau apa yang di lakukan Liya hingga aku terlihat tampak berbeda. Benar-benar berbeda, aku terlihat seperti orang lain di cermin yang kupengang sekarang.

***
Mobil Liya sudah memasuki area parkir hotel, malam ini adalah malam pertama aku mengikuti acara alumni seperti ini. Sebelumnya aku sangat sibuk dengan kuliah, dan memang di dukung oleh niatku yang tidak ingin menghadirinya. Tapi paksaan dari Liya membuatku akhirnya menyerah dan memilih untuk ikut.

Kami melangkah memasuki ballroom hotel yang tampak sangat mewah. Hotel ini adalah milik salah satu alumni sekolahku juga, aku tidak tahu siapa namanya yang pasti katanya dia cukup populer saat itu. Tidak heran orang sepertinya membuat suasana hotel tampak lebih mewah dengan beberapa hiasan.

Saat aku melangkah masuk, ada beberapa pasang mata yang melihat kearahku, tapi aku tidak perduli dan berjalan melewati mereka untuk mencari tempat aman yang tidak terlalu ramai. Aku memisahkan diri dengan Liya yang entah sudah pergi kemana.

Liya memang anak yang cukup populer juga, tidak heran ia punya banyak teman. Tidak seperti ku yang lebih suka diam di kelas. Tidak pernah mau berbaur dengan banyak orang karna aku memang tidak suka bicara. Aku juga sempat heran bagaimana bisa Liya dekat denganku waktu itu.

Aku berjalan menuju sofa di pojok ruangan, tidak ada orang di sana dan juga sepertinya cukup strategis untuk bersembunyi dari keramaian.

Aku duduk dengan segelas minuman di tanganku, yang kuambil saat berjalan kesini. Sepertinya aneh sekali bagiku berada di tengah-tengah orang banyak seperti ini.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang