Hari ini adalah hari dimana hubungan Jia dan Erik memasuki dua tahun lamanya. Jia sudah menyiapkan berbagai hidangan yang ia masak sendiri. Jia dengan langkah ringannya memasuki gedung tinggi yang menjadi tempat Erik bekerja. Jia sudah sering kesana, jadi tidak aneh lagi jika orang-orang di sana mengenalinya.
Saat memasuki gedung itu lebih dalam, Jia merasa beberapa tatapan aneh yang di layangkan padanya. Sebenarnya Jia sudah biasa, mereka pasti akan menatapnya iri karna sebentar lagi ia akan jadi menantu dari pemilik perusahaan ini. Memikirikannya saja sudah membuat Jia bahagia.
Jia melangkah memasuki lift dan tak lupa ia menekan lantai dimana ruangan Erik berada.
Tak butuh waktu lama, lift terbuka tepat di depan ruangan Erik. Di depan sana ada sekretaris Erik yang menatap Jia dengan raut terkejutnya.
Perasaan Jia semakin aneh saat ini. Entah kenapa pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan di kepalanya. Pikiran yang berusaha ia halau dengan keras.
"Erik ada?"
Fara, sekretaris yang sudah bekerja sejak Erik menjadi manager di perusahaan ini, menatapnya takut-takut. "Ada, Bu. Tapi itu ... ada tamu di dalam."
Deg!
Jia menggigit bibir bawahnya kuat. Entah untuk keberapa kalinya mereka seperti ini. Entah sudah keberapa kalinya Jia memaklumi semua yang Erik lakukan.
"Dia ya? atau orang lain lagi?"
Fara menunduk tanpa berani menjawab apa yang Jia tanyakan.
"Sejak kapan?"
Fara mengangkat wajahnya sebentar, "Dua jam lalu, Bu."
Jia dapat merasakan darah yang keluar dari bibir. Menghela napas dalam, lalu Jia mencoba menghembuskannya kasar. Lalu berkata pada dirinya jika ini semua hanya hal yang akan berlalu jika Erik dan Jia menikah. Erik pasti akan berubah.
Tapi tetap saja, Jia merasakan sakit yang amat sangat. Selama dua tahun hubungan mereka, entah sudah berapa kali Erik dengan terang-terangan berselingkuh darinya. Jia tahu ini semua adalah pernikahan yang diinginkan oleh keluarga mereka tapi tak bisakah Erik memberinya sedikit cela untuk masuk dalam hidup pria itu.
"Yaudah, saya titip ini ya. Bilangin dia jangan lupa makan."
Fara hanya mengangguk mengiakan.
Jia dengan cepat berbalik dan masuk dalam lift agar bisa pergi dari sana. Ia takut jika mereka berdua mendapatinya di sana. Tapi Jia lebih takut lagi memikirkan apa yang mereka lakukan di dalam selama itu.
Mencoba menghilangkan berbagai hal itu, Jia keluar dari lift begitu terbuka. Dan sudah Jia duga. Tatapan-tatapan karyawan disana kini berubah menjadi tatapan kasihan.
Wanita yang tak pernah di lirik sedikitpun oleh tunangan nya, sudah pasti akan menjadi bahan gosip bagi mereka.
Jia melangkah dengan buru-buru. Ia sudah tidak sanggup lagi berada disana.
"Jia?"
Jia berhenti melangkah saat sebuah suara yang jelas ia kenali memanggilnya. Ingin rasanya ia pura-pura tidak mendengar lalu pergi dari sana. Namun sayangnya, pria itu sudah berdiri di depannya.
"Oh, hai."
Pria itu dengan cepat menarik Jia untuk keluar dari sana. Mereka dengan cepat melangkah menuju mobil pria yang sedang menarik Jia itu.
Saat sampai di dalam mobil, Jia hanya diam saja saat tatapan pria itu mulai menuntut jawaban. Jia sudah lelah sebenarnya, tapi ia juga tak bisa mengabaikan pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Historia CortaHanya berisi cerita pendek yang di tulis berdasarkan mood penulis. Tolong tinggalkan jejak sesudah membaca yaa. Selamat membaca☺