Like Home (3)

330 24 4
                                        

Pagi muncul dengan cepat. Yara mengerjap pelan mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dengan tiba-tiba dalam penglihatannya. Masih terdiam dalam selimut tebalnya, Yara mencoba bergerak pelan.

Namun, apa ini. Kenapa tubuhnya sakit sekali? Rasanya seperti akan remuk jika ia coba bergerak. Akhirnya ia membuka matanya lebar, melihat kesekeliling ruangan dan kembali mengernyit pelan.

Ini masih kamarnya, lalu kenapa?

Tiba-tiba sebuah tangan kekar jatuh keatas perutnya. Dalam diam Yara membelalak matanya saat menyadari sesuatu.

Saat ingatan menjijikan semalam terputar dalam benaknya, bagaimana ia yang diam saja saat di sentuh sedemikian rupa. Bahkan tubuhnya seperti menghianatinya, saat pria itu dengan seenaknya masuk dan membuat leguhan kenikmatan keluar tanpa ia duga.

Yara menggigit bibirnya kuat, tolong siapapun bawa ia pergi sekarang. Rasanya ia sudah tidak punya muka lagi di depan Aarav. Pria itu pasti akan mengodanya seharian, tidak, mungkin sampai hari-hari berikutnya.

Dengan perlahan, Yara mengangkat tangan Aarav dari atas tubuhnya. Ia harus segera pergi sebelum pria itu bangun. Akan semakin malu ia jika pria itu bangun dan Yara masih berada dalam pelukannya.

Yara berhasil menyingkirkan tangan berat itu, sekarang ia harus mencoba mengangkat tubuhnya yang kesakitan ini. Ia harus memakai pakaian secepat mungkin.

Yara meringis pelan saat kedua kakinya berhasil ia turunkan hingga menyentuh lantai kamar. Rasa sakit di pusat dirinya sangat menyiksa. Yara tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, tapi ia harus melupakan rasa sakit itu sejenak. Ia harus keluar bagaimanapun caranya.

Dengan cepat Yara memungut pakaian miliknya, tapi saat melihat pakaian itu dirinya kembali meringis. Bagaimana bisa pria itu merobek semua yang ia kenakan semalam.

Dengan buru-buru Yara berlari ke arah lemari, mencari pakai yang bisa langsung ia kenakan agar bisa keluar dengan cepat.

Tanpa banyak memilih Yara akhirnya sudah mendapatkan baju terusan berwarna hitam, sengaja ia pilih itu agar ia tidak perlu memakai pakaian dalam karna takut tidak sempat.

Setelah memakainya, Yara langsung keluar dari kamar. Membuka dan menutup pintu itu sepelan mungkin agar tidak muncul suara sehingga membangunkan pria itu.

Yara turun ke lantai bawah, dengan cepat ia berlari ke dapur untuk mendapatkan segelas air. Kegugupannya membuatnya haus.

Yara duduk di kursi yang ada disana, mencoba menenangkan detak jantungnya sebentar sebelum beranjak untuk mencari tempat persembunyian sampai Aarav pergi dari sana.

Setelah lebih tenang, Yara berdiri dan berjalan mencari ruangan yang bisa ia gunakan.

Baru beberapa langkah, suara Aarav yang memanggila namanya terdengar jelas. Yara membeku seketika. Ia masih berada di dapur, dan tidak ada tempat persembunyian disini.

Yara melirik kesegala arah, tidak ada ruangan yang ia lihat sejauh ini. Apa yang harus ia lakukan?

Yara berjalan semakin memasuki dapur, di dalam sana ada beberapa pelayan yang sedang bersiap untuk memasak. Saat melihat kedatangan Yara, mereka langsung berdiri dan menunduk padanya.

"Nyonya apa ada yang Nyonya butuhkan?"

Yura menggeleng, "Tidak."

Yura berjalan masuk ketika melihat ada kamar mandi di belakang para pelayan itu.

"Nyonya?"

Yara melirik ke luar sebentar, "Kalau Aarav kesini, tolong bilang jika saya tidak ada di sini. Ok?"

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang