Kamar yang di tempat gadis yang sedang tertidur itu begitu gelap. Tidak ada sedikitpun cahaya di dalam sana. Wajah gadis yang tertidur itu pun nampak tidak baik-baik saja.
Ia seperti sedang berusaha untuk bangun dari tidurnya. Keringat dingin yang bercucuran, mata yang masih memejam erat, dan kakinya yang berusaha ia gerakan. Sepertinya ia sedang berusaha melawan mimpi yang mengerikan.
"Jangan," sahut gadis itu pelan.
Masih mencoba menyadarkan dirinya, Lala mencoba melawan keras. Hingga akhirnya ia dapat terbangun dengan sisa ketakutannya. Napasnya yang naik turun membuat ia seperti baru saja habis di kejar.
Inilah kenapa ia sangat benci malam. Ketika ia harus tidur, ia harus juga siap mengalami hal mengerikan yang sama sekali tidak ia ingat saat sadar.
Lala bangkit untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah karna keringatnya itu. Selesai berganti pakaian, ia kembali duduk di kasurnya. Kepalanya mencoba mengingat mimpi apa yang baru saja ia alami. Walau sekeras apapun ia mencoba semua tetap tak bisa ia ingat.
Apa yang sebenarnya terjadi, setelah keluar dari rumah sakit semua menjadi seperti ini. Keluarganya pun hanya diam saja, mereka seperti terkesan menutupi sesuatu, tapi tak ada satupun yang ingin menyampaikan hal itu padanya.
Lala meringis pelan, sebelah tangannya meremas pelan baju yang menutupi perutnya. Ini hal lainnya yang membuat Lala penasaran, rasa sakit yang amat sangat pada perutnya seperti ditusuk.
Lala akhirnya memaksakan diri untuk keluar dari kamarnya, ia butuh air untuk menenangkan tubuhnya yang sedikit demi sedikit merasakan sakit yang tak terkira.
Meneguk air minumnya hingga tak tersisa, Lala dengan cepat bangkit untuk kembali ke kamarnya.
Namun langkahnya terhenti saat melewati kamar orang tuanya.
"Dia harus diperiksa, aku tidak mau dia semakin menderita."
Itu suara ibunya, Lala mendekat kemudian mendekatkan daun telinganya hingga menempel dengan daun pintu kamar.
"Tapi apa yang harus kita katakan, kita tidak mungkin bilang dia sakit lalu membawanya ke psikiater. Dia bisa saja berpikir jika kita menganggapnya tidak waras. Kamu mau dia semakin menderita dengan pikiran itu?"
Lala mendengar isak tangis, apa ibunya sedang menangis sekarang? Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
"Lalu kita harus bagaiman? Semua terjadi karna kesalahan kita, anak perempuanku jadi menderita karna ibunya yang bahkan tidak bisa menyelamatkannya."
Lala hanya mendengar ayahnya yang mencoba menenangkan ibunya itu. Lala kembali menjauh, ia harus cepat masuk ke kamarnya jika tidak ingin ketahuan.
---
Dua hari telah berlalu sejak kejadian Lala menguping pembicaraan orang tuanya. Ia masih tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Jika mengingat pembicaraan itu, ibunya menyebut anak perempuan itu berarti mereka sedang membahas dirinya.
Lala memiliki satu kakak laki-laki yang sudah lama tidak ia temui, awalnya ia pikir yang mereka bicarakan adalah kakaknya. Tapi setelahnya, ia sadar bahwa dia lah yang sedang menjadi pertimbangan.
Tapi kenapa, kenapa Lala harus di periksa sampai harus di bawa ke psikiater. Rasanya ia tidak merasa ada yang salah pada dirinya, ia merasa baik-baik saja. Hanya karna mimpi buruk yang sering datang bukan berarti itu hal yang berbahaya kan?
Lala ingin bertanya karna rasa penasarannya. Tapi, ia terlalu takut jika ada hal yang benar-benar salah dalam dirinya. Bagaimana jika ia benar-benar mulai kehilangan dirinya sendiri? Bagaimana jika ia benar-benar bermasalah. Lala takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me
Historia CortaHanya berisi cerita pendek yang di tulis berdasarkan mood penulis. Tolong tinggalkan jejak sesudah membaca yaa. Selamat membaca☺