Believe

339 25 4
                                    

Jean berjalan santai menyusuri koridor fakultasnya. Waktu masih menunjukan pukul sembilan kurang lima belas menit. Masih lima belas menit lagi sebelum kelasnya di mulai. Ditambah dengan waktu Dosen yang suka telat beberapa menit. Jean punya waktu sekitar dua puluh menit untuk sarapan di kantin sebentar.

Jean sebenarnya jarang sarapan pagi, makanya sudah jam segini dan belum ada apapun yang masuk dalam perutnya.

Jean hanya akan membeli beberapa roti dan susu kotak agar tidak perlu banyak waktu untuk memakanannya.

"Bu, rotinya dua sama susu ini satu ya, jadi berapa semuanya?"

Jena lalu mengeluarkan sejumlah uang sesuatu dengan total yang disebutkan. Dengan cepat Jean berbalik untuk mencari bangku agar ia bisa makan dengan nyaman.

Belum lama duduk, bahkan bungkusan roti belum sepenuhnya terbuka, Jean dikagetkan dengan seseorang yang memanggil namanya. Diikuti dengan seorang pria di belakangnya.

"Jean, gue cariin dari tadi ternyata disini."

Jean hanya menatap kedua temannya yang tengah mencari pasokan udara lebih.

"Ngapain?" Jean meletakan kembali roti yang baru saja ia pegang. Penasaran kenapa wanita di depannya ini seperti di kejar sesuatu.

Tidak ada jawaban, Jean melirik pria di sampingnya. Micky namanya, mirip seperti nama kucing tetanggannya.

"Kenapa tuh pacar lo?"

Micky menggeleng, "Dih apaan, gue gak pacaran ya sama dia. Gue juga gak tau dia kenapa."

Jean tidak berkata tanpa alasan. Ia menyebut mereka sebagai pasangan karna mereka terlalu sering bersama. Tidak heran juga, karna mereka tetangga. Tapi bukannya aneh jika mereka juga sering bersama di kampus padahal berada di fakultas yang berbeda.

"Udah-udah, gak usah bahas itu dulu. Gue mau nanya nih sama lo, Je. Tapi sebelum itu boleh minta susu kotaknya dikit? Aus gue." Gigi menunjukan senyum manisnya, berharap mendapat persetujuan Jean.

Jean kemudian mengangguk, "Ya."

Sambil menunggu Gigi selesai dengan susu kotak miliknya, Jean kembali membuka bungkusan roti kemudian memakannya.

"Jadi gini Je, emm gimana ya ngomongnya."

Jean menyelesaikan kunyahannya, sebelum menjawab Gigi yang ragu akan pertanyaan yang ingin ia sampaikan. "Kenapa?"

Micky hanya diam menyaksikan kedua gadis didepannya yang saling memberi tatapan ragu dan kebingungan.

"Jadi gini, lo tahu kan om gue punya hotel di daerah catur tunggal sana. Trus waktu itu gue di minta nyokap buat nitip bingkisan ke tante gue, lewat suaminya yaitu om gue. Nah pas..."

"Bisa langsung poinnya aja gak, gue mau masuk kelas," potong Jean cepat.

Tidak bohong, karna Jean memang harus masuk secepatnya.

"Okeoke, jadi malam gue ke hotel om gue, gue liat Rian lagi sama cewek gitu..." Gigi menjelaskan dengan nada ragu, bukan ragu akan ceritanya yang salah tapi ragu jika ini bisa membuatnya dalam masalah.

Jean mengerutkan alisnya, "Rian? Sama siapa?"

Gigi menggeleng, "Gak kenal gue, tapi keknya pernah liat dia sama Rian juga di kampus."

Jean menghela napas. "Yaudah, gue duluan."

Jean lalu berdiri, dan berjalan cepat untuk masuk ke ruang kelasnya. Waktunya sudah sangat mepet sekali.

Saat kelas sudah mulai, Jean tidak bisa pura-pura fokus. Apa yang Gigi katakan tadi benar-benar mengganggunya.

Dengan pelan, Jean mengeluarkan ponselnya. Mencoba untuk bisa mengetik tanpa harus ketahuan oleh dosen yang sedang menyampaikan materi.

Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang