ChenJi 💗

51.1K 6K 2.4K
                                    

Vote, Comment and Happy Reading 💚

****

Jisung turun dari kamarnya di lantai dua waktu cowok itu mencium aroma masakan yang bercampur dengan bau gosong dari arah dapur.

Ia menuruni tangga dengan terburu-buru sambil berseru, "AYAH? MASAKAN APA LAGI YANG DI BIKIN GOSONG SEKARANG?"

Waktu Jisung mencapai tangga terakhir, sosok pria lain yang lebih dewasa dengan wajah mirip dengannya muncul dari arah dapur dengan memakai Celemek dan Spatula di tangan.

"Ayah ngapain lagi sih? Ichung udah bilang jaga jarak aman dari dapur. Ichung nggak mau Dapur kebakaran lagi."

Sehun yang melihat anaknya mengoceh mendengus. "Ayah cuma mau bikin makan siang buat kita Dek, tapi kayanya apinya kegedean, ayamnya gosong."

Jisung menghela nafasnya. Kalau saja Bundanya tidak harus pergi ke rumah neneknya yang sedang sakit, pasti Jisung tidak harus khawatir soal Ayah yang akan membakar seisi rumah.

"Buna kan udah bilang, kalau mau makan Gr*b Food aja, Yah."

"Boros. Kalo bisa masak sendiri kenapa harus beli."

Jisung mendengus. "Masalahnya dirumah ini nggak ada yang bisa masak selain Buna, Ayah! Kemarin Ayah masak air aja Gosong."

"Itu bukan gosong, pancinya bocor kali masa airnya bisa ilang gitu dari sana."

"Bodo amat deh. Udah Ayah ke ruang TV aja sana biar ichung bersihin kekacauan yang Ayah buat."

Nggak Bundanya nggak anaknya, suka banget marah-marah, Sehun membatin.
Pria itu mengerucutkan bibirnya melihat Jisung masuk ke dapur dan membuang Ayam goreng yang berubah warna menjadi Hitam ke tempat sampah yang ada disana.

Sehun lalu mengekori Jisung yang mau berjalan kembali ke kamarnya. "Ngapain Ayah ngikutin aku?"

"Kamu mau kemana emang?"

"Balik ke kamar."

"Ayah laper Dek." Sehun merengek.

"Ya udah Ayah tunggu sini, Ichung mau ngambil Hp buat Order makanan."

Tapi sebelum Jisung benar-benar menaiki tangga. Bel pintu rumahnya berbunyi menandakan kalau ada tamu yang datang. Cowok jangkung itu mengerutkan alisnya. "Ayah nunggu tamu?"

Sehun menggeleng. "Nggak. Apa Bunda kamu pulang? Ck nggak kuat dia itu jauh-jauh dari Ayah. Lemah."

Jisung memutar bola matanya. "Yah, kalo Buna denger Ayah ngomong gitu, Ayah bisa disuruh tidur di luar tiga hari tiga malem. Lagian Buna bilang mau nunggu sampe nenek mendingan baru pulang kesini."

"Terus itu siapa?"

"Ya meneketehe. Udah bentar Ichung liat dulu."

Waktu Jisung membuka pintu rumahnya, Mata sipitnya sedikit melebar saat melihat Chenle berdiri disana. Senyum cowok itu berkembang waktu melihat Jisung.

"Hai Brother."

Jisung mendengus. "Ngapain lo siang-siang kesini? Nggak ngelayap sama temen lo si pilek pilek itu?"

"Namanya Felix, Chung."

"Who cares?"

Chenle menghela nafasnya. "Gue udah bilang kan gue kangen sama lo. Gue bawain makanan dari Restoran Favorit kita." Cowok berdarah China itu mengangkat tangannya yang sedang memegang paper bag cukup besar berlogo sebuah Restoran mahal.

Jisung diam, menatap bergantian paper bag dan wajah Chenle. Akui saja, Cowok jangkung itu juga merindukan Sahabatnya.

"Ada siapa Chung — Eh calon mantu om."

NOMIN TweetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang