Bagian 4

117 46 4
                                    

Tepat saat Rio membuka pintu rumahnya, Mr Luckon tengah berbincang dengan papanya. Jika tahu seperti ini ia tidak akan pulang pagi ini. Sudah pasti menyangkut ketidakhadiranya beberapa hari terakhir.

"Rio, sini duduk," suruh papanya, dengan terpaksa ia juga harus menghadap Mr Luckon.

"Kamu kenapa gak hadir ke sekolah?" tanya kepala sekolah itu.

"Capek sekolah mulu. Gak ada yang peduli juga di sana."

"Rio kamu gak sopan banget sama Mr Luckon. Dia ke sini belasungkawa atas mama, loh."

"Its okay. Rio ini unik, jadi kami juga mengurusnya dengan unik. Rio, besok kamu hadir di kelas, ya." Mr Luckon menyelai papa Rio. Beliau tidak ingin kehilangan kesempatan seperti yang lalu.

"Baik. Udah gak ada yang perlu dibahas lagi 'kan?" Tanpa menunggu jawaban dari siapa pun ia secepatnya beranjak. Tentu saja kedua orangtua itu melanjutkan membahas hal membosankan seputar ulahnya di sekolah.

Baru sebentar rasanya merebahkan tubuh perutnya keroncongan. Langkah malas menuju dapur, berharap ada makanan yang bisa di bawa ke kamar.

"Ya ampun Nak Rio, Bibi cemas sekali, akhirnya pulang."

"Ada makanan, gak?"

"Sudah Bibi siapkan, Nak. Ayo sini makan."

Tanpa banyak bicara ia langsung duduk makan. Orang paling baper menurutnya tentu saja bibi. Ia tahu wanita setengah abad itu berkaca-kaca melihatnya makan.

"Ke mana aja kamu gak pernah masuk sekolah." Papanya tiba-tiba datang membuat selera makan hilang.

"Papa juga ke mana aja gak pernah pulang?" tanya balik Rio.

"Kalau kamu terus-terusan bolos dan bikin malu Papa di sekolah terbaik itu, mending kamu keluar dan cari sekolah lain!" Papanya terbawa emosi.

"Oh gitu, ya? Oke." Rio langsung pergi dari dapur.

Saat naik tangga ia berpapasan dengan istri baru papanya. Tanpa menoleh atau melirik, ia tidak peduli.

"Rio tunggu."

Rio berhenti di ujung tangga tanpa menoleh.

"Kamu harus tau-"

"Terima kasih, Tante. Gue gak nyangka permainan Tante bagus sekali." Rio langsung pergi tanpa menunggu jawaban.

***

Lisa kaget saat Glenn sudah di depan gerbang sekolah. Penampilannya juga berubah. Dia menyisir rambutnya miring ke kanan. Memakai kaus surfing dengan celana selutut lengkap dengan sneakers terkini.

"Lisa, gue mau bicara sama lo."

"Glenn? Bener Glenn 'kan?"

"Lebih menyeramkan, ya, dari saat gue berpenampilan punk?"

"Enggak gitu, gini kelihatan beda aja."

Masih heran dengan perubahan Glenn tiba-tiba ia ditarik dan dibukakan pintu mobil. Sebenarnya siapa Glenn? Anak yang biasa hidup di jalan langsung berubah menjadi cowok kelas atas dengan segala fasilitas mewah.

"Glenn, kamu itu anak orang kaya. Kenapa pake acara jadi anak punk segala?" Lisa mengawali pembicaraan.

"Emang salah? Setiap orang bebas mengekspresikan dirinya."

"Enggak salah, cuman wadah untuk mengekspresikan diri yang kamu pilih itu salah. Inget waktu aku nyopet dompet kamu? Semua orang pasti bakal ketakutan saat berhadapan dengan kamu. Secara penampilan kamu lebih dari berandal, dengan rantai besar di pergelangan tangan. Lebih lagi suara kamu keras dan berat."

KESAN TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang