Mobil Glenn baru saja masuk gerbang. Buru-buru Rio menghadangkan motornya di depan mobil Glenn. Ia turun dan menenteng helm menuju Glenn yang baru menutup pintu mobil.
"Lo gak usah ngurusin hidup gue. Lo pikir lo siapa, ha?" cutah Rio sambil menunjuk dada Glenn.
"Seharusnya lo yang mikir. Lo tuh udah nyusahin siapa aja?"
"Hei, perlu lo tahu. Rio yang dulu, bukan Rio yang ada di hadapan lo sekarang. Gue bukan orang yang lo kenal dulu. Jadi jangan ngurusin hidup gue."
Rio bergegas meninggalkan Glenn yang masih bersandar di pintu mobil sambil menatapnya tanpa ekspresi.
"Lisa lo ngapain ke sini. Adek-adek lo gimana? Mereka udah makan? Maafin gue, ya."
Lisa tiba-tiba muncul di samping Glenn dengan napas ngos-ngosan. Glenn masih menunggu Lisa menjawab pertanyaannya, gadis itu sepertinya berlari sampai rambutnya acak-acakkan.
"Gue anter pulang." Rio langsung menyaut tangan Lisa.
"Tapi Rio tadi Glenn-"
"Gue gak peduli. Ayo."
Glenn menarik tangan Lisa dari belakang, membuat langkah mereka terhenti.
"Lo emang gak waras, ya. Bisa gak sih, ngomong baik-baik, nanya alasan kenapa cewek malem-melem ngos-ngosan sampai sini. Gak asal main tarik dan motong pembicaraan seenak jidat lo gitu."
"Lis, lo mau gue anter pulang atau enggak?"
"Iya mau, tapi Glenn-"
"Yaudah." Rio melepaskan tangan Lisa, ia memilih masuk rumah dan meninggalkan Lisa dan Glenn di halaman rumah. Lisa menggaruk kepala tidak gatalnya, bingung dengan Rio.
"Gak usah dipikirin. Ayo."
Glenn membukakan pintu mobil untuk Lisa. Ini kesempatan untuk mencari alasan sikap Rio bertambah menyebalkan belakangan ini.
Di jalan, Glenn memperlambat kecepatan. Pikiran Lisa masih Rio. Semoga cowok es batu itu secepatnya melupakan kejadian malam ini. Ia tidak enak dengan Glenn yang super baik, sedang Rio, ahh sudahlah. Dua cowok ini memang aneh.
"Glenn, boleh aku tanya?"
"Apa?"
"Kamu siapanya Rio?"
"Setahu kamu?" balik tanya Glenn.
"Teman, tapi Rio bilang kalian sekarang ...."
Glenn menepi, perlahan berhenti. Glen sudah menatapnya, entah dari kapan. Sepertinya ada yang salah dengan pertanyaan yang ia ajukan.
"Aku sama Rio baik-baik aja. Kalo nanti kamu tahu yang sebenarnya tentang kita. Apa pun yang terjadi, gue mohon jangan benci gue."
Lisa diam, sebenarnya ada apa antara dua orang ini. Glenn masih menatapnya.
"Aku gak tahu, Glenn. Aku rasa kalian sama-sama friendly. Kayaknya aku salah deh, Rio lebih-"
"Udah, gue gak mau lo bicarain Rio di depan gue. Sejelek-jeleknya dia, tetep berarti buat gue."
Kembali lengang, mesin mobil tetap menyala. Lisa merasa berbeda sekali antara dekat dengan Rio dan dekat Glenn. Lebih aneh lagi, dulu di markas mereka saling tertawa. Sekarang tawa itu hilang, malah dominan adu tatapan tajam.
Glenn penuh senyum, menurutnya ramah sekali. Tidak ada sikap dingin, tidak ada mencari topik untuk mengobrol. Mengalir begitu saja. Mesin mobil mulai menyala, kendaraan mewah yang dipakai Glenn beberapa minggu itu perlahan membaur dengan kendaraan lain di jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESAN TEMU
RomanceKesan Temu Saat titik ragu menjadi satu Rio Dewa Wijaya. Dingin, judes, irit bicara. Sesuatu yang membuat kehidupannya berubah karena Lisa. Glen yang dianggap sebagai orang paling mengerti ternyata membawa kenyataan pahit bagi Rio. Lisa sendiri ha...