بسم الله الرحمن الرحيم~ Jika dia sudah menjadi takdir kita,
apa boleh buat? ~Semenjak kejadian kemarin, aku sungguh penasaran dengan orang mulia itu. Betapa mulianya dia, berbagi darah dengan seorang anak malang. Tak tersangka aku sudah mengetahui siapa orang itu, dan itu membuat aku kagum.
Awalnya aku menanyakan hal itu kepada salah satu suster di rumah sakit itu. Dan suster itu tidak ingin mengatakan siapa orangnya, aku mulai pasrah dan kembali menuju ke ruangan di mana anak malang itu berada, lalu aku menemukan sebuah surat berwarna biru muda.
Dear Yila...
Maafkan aku, mungkin aku pernah menyakitimu. Aku yang telah pergi meninggalkanmu jauh dan sangat lama. Jujur aku ingin kita seperti dulu lagi, tidak ada kata benci bagiku di matamu. Dan aku minta maaf kepadamu, karena aku harus meninggalkanmu lagi. Tapi aku janji aku akan segera pulang, dan kamu adalah orang pertama yang akan aku temui jika aku pulang nanti.
Ku harap suatu hari nanti hubungan kita seperti dulu lagi, ku harap kamu tidak membenciku. Maafkan aku bila semua perkataanku membuat hatimu tersakiti...
Dan seseorang yang kamu sebut orang mulia itu adalah aku, aku yang telah mendonorkan darah untuk anak malang itu. Maaf bukannya aku Riya kepadamu, hanya saja aku tidak mau membuat kaki mu cape mencari siapa orang mulia itu. Aku tau tingkat penasaranmu itu sangat tinggi maka dari itu biarkan surat ini menjadi saksi jika aku adalah orang yang kau sebut mulia. Walaupun nyatanya aku tak semulia yang kamu pikirkan...
From Kaka
Tak bisa berkata apa-apa, aku tidak menyangka dia adalah orang mulia itu. Tapi kenapa dia harus pergi, kenapa dia kembali meninggalkanku. Aku benar benar bingung dengan hidupku, sangat rumit. Rasa ini tak pernah hilang sedikit pun di hatiku, padahal hati ini sering tersakiti.
"Sus, apa suster tau kemana dokter Raka pergi?" tanyaku kepada suster itu lagi.
"Dia pergi ke Kairo, mbak."
"Mau apa? Kuliah? Bukannya tadi dia sudah menjadi dokter spesialis bedah? " tanyaku bingung.
"Dokter Raka memang sudah di katakan lulus mbak, tapi dia belum wisuda, dan belum mengucapkan janji sebagai dokter spesialis, mungkin karena itu dia balik lagi ke Kairo," jawab suster itu.
"Tapi mana bisa, dia bisa mengoperasi orang sedangkan dia belum wisuda dan mengucapkan janji dokter, itu tandanya dia belum sepenuhnya jadi dokter spesialis sus! Kenapa suster nggak bilang dari awal? Terus kenapa pihak rumah sakit ini mengijinkan begitu aja?" tanyaku benar-benar kesal.
"Kita tidak bisa melarangnya mbak, karena dia adalah orang yang mempunyai rumah sakit ini."
"Apa?" tanyaku kaget.
"Iya, rumah sakit ini punya dokter Raka, dan kemarin pun dokter Raka marah, dan memutuskan dia yang akan mengoperasi anak itu. Kami tak bisa berbuat apa-apa."
"Apa itu adalah pasien pertama yang dia operasi?" tanyaku.
"Iya, mbak karena sebelumnya kan dokter Raka itu adalah dokter umum bukan dokter spesialis bedah," jelas suster itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah's Destiny
SpiritualJudul Baru : Allah's Destiny 👉 Takdir Allah Judul Lama : Bersamamu Adalah Takdirku Versi Revisi 😊 Patah hati adalah hal yang wajar bagiku... Namun bagaimana rasanya jika kamu ditinggal seseorang ketika semuanya sudah sangat serius? Bagaimana...