Part 12 °~° Haruskah Aku Bahagia?

57 1 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Semoga kamu bahagia dengannya Keyla, maaf aku tidak bisa berada disisimu," ucap laki-laki itu.

Setelah kata sah itu terdengar oleh telingaku, aku merasakan kebahagiaan namun rasa penasaran pun menyelimuti diriku, pasalnya aku tidak tahu bagaimana wujud suamiku. Apakah mungkin dia akan menjadi kebahagiaanku?

"Cie udah sah, selamat ya sahabat aku udah ganti status. Do'a in Shela ya biar cepet nyusul Key," ucap Shela.

"Aamiin."

"Yaudah Shela keluar dulu ya, bentar lagi suami Key datang menjemput istrinya," ucap Shela lagi dengan nada menggoda.

"Ish, apaan sih Sel!"

Sepeninggalan Shela hati ini tak karuan, aku bingung harus bagaimana ketika aku bertemu dengan suamiku. Aku benar-benar bingung saat ini dan tidak bisa berpikir apapun.

"Assalamu'alaikum," suara seorang laki-laki mengucapkan salam.

"Wa-alaikumsalam," jawabku gugup.

"Boleh saya masuk?"

"Si-la-hkan," dan gugup lagi.

Ceklek...

Terdengar suara pintu terbuka, aku refleks membalikkan badanku ke arah dimana sudah berdiri seorang laki-laki yang tampan. Hati ini bergetar hebat, haruskah aku percaya dengan kenyataan ini, biasakah aku menerima semua ini.

"Kaka?" Keyla kaget.

Dan ternyata laki-laki itu adalah Raka. Ya dia adalah Muhammad Raka Alendra, lelaki yang selama ini aku kagumi, lelaki yang selama ini kurindukan, lelaki yang mencintai sahabatku sendiri. Dan sekarang dia adalah suamiku, haruskah aku bahagia dengan semua ini? Apa sedih? Karena telah menghianati seseorang?

Rencanamu memang indah, takdirmu mampu membuatku merasa bahagia dan sedih. Namun apa boleh buat semuanya adalah takdirku, dan aku yakin engkau masih punya rencana yang lebih indah untukku.

Berdiri seorang laki-laki yaitu Raka di depanku dengan tatapan datar tak bisa di artikan, tak biasanya Raka menatapku seperti itu. Biasanya dia akan memohon maaf kepadaku jika ia bertemu denganku, tapi sekarang dia tak berkata apapun.

"Kenapa kamu ada disini?" tanyaku mencairkan suasana.

"Nggak boleh?"

'Bodoh Keyla kamu benar-benar bodoh kenapa harus nanya kaya gitu! ' batinku.

"Siapa kamu? " tanyaku lagi, dengan konyol.

"Raka,"  jawabnya singkat, padat, dan jelas, sejak kapan seorang Raka menjadi irit ngomong kaya gitu?

"Aku tau!" jawabku sedikit membentaknya, karena kesal.

"Kenapa nanya?!"

"Huh," aku mengehembusakan napas kesal sabar, sabar Key ini ujian bagi seorang pengantin "aku tanya kamu kenapa ada disini? Siapa kamu? Kenapa kamu yang ada disini? Harusnyakan suamiku?!" dengan sedikit penekanan di kata suamiku.

"Aku suamimu!" jawabnya dengan penuh tekanan, alhasil perkataannya membuatku kaget, aku tak mampu berbicara apapun saat ini jadi benar dugaanku dia adalah suamiku. Awalnya aku tak percaya, aku ingin menangis saat ini juga, mataku mulai memanas, sudah berkaca-kaca, dan siap meneteskan air mata.

"Jangan nangis dulu! Kasian semua orang nunggu kita dibawah!" apa katanya Kita? Oh aku lupa sekarang aku dan dia adalah sepasang suami istri, dia menarik tanganku untuk menghampiri para tamu undangan.

Allah's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang