بسم الله الرحمن الرحيم
~Sedih boleh tapi jangan berlarut-larut, La Tahzan Innallaha Ma'ana.~
-Raka Alendra-
Langkah kaki membawaku, terus berjalan di lorong rumah sakit. Dengan tetesan air mata yang tak bisa ku tahan lagu, dengan jantung yang terus memompa kencang. Retina mata ku melihat seorang wanita mulia, sedang menangis di pelukkan abangku.
Aku mencoba untuk tegar dan ku hapus air mata yang mengalir di pipiku. Ku hampiri mereka, terlihat ruangan ICU di depan mataku. Hatiku semakin sakit, rasa takut semakin menjadi-jadi.
"U-Umi?" panggilku dengan suara bergetar. Mereka pun menengok ke arahku.
"Kay!" umi pun langsung memelukku dengan erat, ia menangis dalam pelukkanku.
"Apa yang terjadi mi?" tanyaku, namun Umi tak menjawab pertanyaanku.
Umi pun melepas pelukkan. Wajahnya terlihat pucat, matanya membesar akibat menangis. Semuanya semakin membuatku tak mengerti, ketika ribuan pertanyaan memenuhi otak ku seorang dokter keluar dari ruang ICU. Aku pun segera berdiri dan menghampiri dokter tersebut.
"Apa yang terjadi sama Abi saya?" tanyaku dengan air mata yang menetes. Satu hal yang membuatku geram, dokter itu hanya diam tidak memberikan jawaban sama sekali.
"Dokter jawab saya!" teriakku pada dokter tersebut.
Mataku menyapu setiap sudut rumah sakit, ku lihat umi kembali menangis di pelukkan bang Kazen. Bang Kazen menatapku sendu, matanya sudah memerah dan berkaca-kaca.
Situasi seperti ini semakin membuatku semakin yakin pasti ada sesuatu yang di sembunyikan dariku.
"Bang Kay mohon! Apa yang terjadi sama abi?" lirihku.
"A-bi menderita penyakit gagal ginjal Kay!" bukan bang Kazen yang menjawab tetapi umi.
Ucapan umi hatiku sakit dan tak kuasa menahan tangis, rasanya seperti mimpi. Hidupku seketika berhenti, aku tak berdaya saat ini bahkan untuk menahan badanku pun tak mampun. Aku pun terjatuh dan semuanya gelap.
Ketika semuanya gelap, mataku kembali terbuka dan menyapu setiap sudut ruangan. Jarum infus telah tertancap pada tangan kiriku, setelah beberapa menit aku pun mengingat kejadian sebelumnya. Kenyataan yang sulit ku terima, kenapa masalah sebesar ini aku tidak tahu?
Air mataku kembali menetes.Jujur ini sangat berat untuk ku, melihat laki-laki yang ku cintai mengalami penyakit yang mematikan? Aku tak sanggup.
Aku pun mencabut jarum infus dengan kasar, sehingga rasa sakit aku rasakan. Tapi sakitnya tidak seberapa untuk ku, perlahan aku turun dari brangkar rumah sakit, dan pergi meninggalkan ruangan.Aku berlari dengan air mata yang menetes di setiap langkahku, aku pergi menuju taman rumah sakit yang kebetulan sedang sepi. Menangis di sana dengan puas.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki, laki-laki berjas putih menghampiriku, lalu duduk di sampingku.Dia memberikan sapu tangan berwarna biru padaku, Aku pun menengok ke arahnya dengan berurai air mata. Dia pun tersenyum sambil mengulurkan sapu tangannya. Aku mengambil sapu tangan yang berada di tangannya, dan menghapus air mata yang terus mengalir.
"Semua yang terjadi di dunia itu adalah rencana Allah," ucapnya dengan lembut.
"Dokter sudah lama mengetahui penyakit abi?" tanyaku, dokter itu pun tersenyum lalu mengangguk.
"Saya dokter pribadinya pak Fatih."
"Dokter pribadi?" tanyaku yang semakin bingung.
"Semenjak pak Fatih di vonis menderita gagal ginjal, saya di minta pak Fatih untuk menjadi dokter pribadinya. Pak Fatih mempunyai semangat yang kuat, untuk sembuh dari penyakitnya. Walaupun ia tahu sembuh dari penyakit gagal ginjal itu tidak mudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah's Destiny
روحانياتJudul Baru : Allah's Destiny 👉 Takdir Allah Judul Lama : Bersamamu Adalah Takdirku Versi Revisi 😊 Patah hati adalah hal yang wajar bagiku... Namun bagaimana rasanya jika kamu ditinggal seseorang ketika semuanya sudah sangat serius? Bagaimana...