1- Pertemuan Pertama

112 12 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

'''Sahabat yang baik adalah sahabat yang selalu mengingatkan dalam kebaikan.
Sahabat yang tulus akan selalu ada di sisi sahabatnya dikala sedang bahagia maupun berduka.'''

Saat itu aku melihatnya, wajahnya tampan, matanya indah, hidungnnya mancung, dan mulutnya tak berhenti berdzikir.

Aku merasa kagum kepadanya, padahal saat itu ia berada di pusat keramaian. Namun ia masih saja sempat untuk berdzikir. Dan tak lama seorang gadis cantik menghampirinya, aku pun tersenyum masam ternyata dia sudah mempunyai pendamping hidup. Pupus sudah harapanku.

"Kenapa Kay?" tanya sahabatku Seyla.
Seyla Azqilla adalah sahabatku, aku mempunyai dua sahabat yang sangat berarti bagi hidupku.

Seyla Azqilla dan Nayla Amira kami Sudah bersahabat sejak bayi, jadi tak heran jika nama kami pun seperti nama anak kembar. Aku bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka, sahabat yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, sahabat yang selalu mengajak dalam hal yang bermanfaat.

"Tidak apa-apa!" jawabku cepat.

"Pulang yu!" ajak Nayla.

Aku dan Seyla pun menggeleng-gelengkan kepala Ketika melihat tangan Nayla yang sudah bayak sekali paper bag belanjaan.

"Mau ku bantu Nay?" tawarku karena melihat Nayla yang sangat kesusahan.

"Tidak usah! Nay bisa sendiri kok, ini tidak seberapa."

"Dasar ratu shopping!" ledek Seyla.

Nayla memang sangat senang berbelanja jadi tak heran jika setiap ke mall pasti Nayla lah yang belanjaannya paling banyak. Kami bertiga pun berjalan ke lobby utama. Pasti kalian tahu kan siapa yang jalannya sangat ribet? Nayla Amira.

"Tungguin Nayla dong!" teriak Nayla dan sedikit berlari.

Brukk...(Suara belanjaan jatuh)

Aku dan Seyla pun refleks melihat ke belakang dan ternyata...

"Astagfirullah," ucapku bersamaan dengan Seyla.

"Aduhhh, mbak kalau jalan lihat-lihat dong!" marah Nayla pada seorang gadis yang bertabrakan dengannya.

"Maafkan adik saya ya mbak!" ucap seorang laki-laki.

Aku dan Seyla pun langsung menghampiri Nayla Ketika mendengar suara keributan. Dan ternyata Nayla sedang di landa emosi. Belanjaan yang berserakan dimana-mana dan Nayla yang duduk tergeletak di lantai, banyak sekali orang-orang yang melihat perdebatan Nayla dengan seseorang yang tidak dikenal.

"Kamu tidak apa-apa Nay?" tanyaku pada Nayla.

"Tidak!" jawabnya, aku dan Seyla pun membantu Nayla berdiri.

"Ini mbak belanjaannya! Sekali lagi maafkan adik saya yang tidak berhati-hati," ucap seorang laki-laki.

Nayla masih enggan menjawab ucapan laki-laki tersebut, aku menatap Nayla dan memberi kode agar menjawab ucapan laki-laki itu.

Tetapi Nayla malah memalingkan wajahnya, aku pun menghela nafas melihat tingkah laku Nayla yang masih seperti anak kecil.

"Tidak apa-apa mas, lagian sahabat saya juga kurang hati-hati maaf ya," ucapku yang mewakili Nayla.

Nayla yang mendengar itu tak terima dan memberikan tatapan tajam kepadaku, namun aku tak mempedulikannya. Aku melihat laki-laki itu terseyum sangat manis, dia adalah laki-laki yang ku kagumi beberapa menit yang lalu.

Ternyata gadis yang bersamanya itu adalah adiknya, aku merasa sangat senang dan berharap dapat bertemu lagi dengannya.

Ciptaanmu yang sangat menggetarkan hatiku, mampu membuatku melangkah terlalu jauh. Hinga ruang kegelapan datang menghampiri, keterpurukan yang membuatku ingin mengakhiri semuanya.

Allah's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang