Part 8 °~° Menghapus Luka

45 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Kairo 08.00

Terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk di balkon tempat dirinya tinggal. Laki-laki itu mempunyai hidung yang mancung, kulit putih, gigi gingsul, dan lesung pipi yang tak terlihat, mempunyai tubuh yang tinggi sehingga kesempurnaannya membuat kaum hawa terpesona.

"Woy bengong aja lo! Nanti kesambet loh," kata Dito.

"Nggak mungkin, kan gue mah kuat iman nggak kaya lo."

"Yaelah aib temen sendiri di umbar, nggak punya perasaan ya lo."

"Ya jelas lah, orang perasaan gua cuma buat wanita yang gua sayang."

"Iya deh iya, yang bentar lagi nikah. Btw lo kenapa dari tadi bengong terus?" tanya Dito pada Raka.

"Biasalah."

"Biasa apa? Please ya gue itu bukan tukang bakso yang selalu nanyain mas pake apa aja? Dan lo jawab biasa."

"Kemarin gue di telepon sama orang tua gue, katanya abis wisuda harus langsung pulang ke Indonesia, terus mereka bilang gue udah di jodohin disana. Jelaslah gue nggak terima sedangkan target gua kan melamar Hasnah."

"Serakah amat dah lo bang," ucap Dito.

"Yehhh, orang gue maunya sama Hasnah!" jawab Raka tegas.

"Yaudah cewek yang mau di jodohin sama lo, buat gue aja lah," kata Dito sambil mengkedip-kedipkan mata, pada Raka.

"Serah lo deh!" ucap Raka lalu berdiri dan meninggalkan Dito seorang diri.

Tujuan Raka hanya satu, yaitu hidup bahagia dengan Hasnah, namun di sisi lain ada seseorang yang sedang menunggu kehadirannya. Seorang gadis yang telah mencintainya sejak beberapa tahun yang lalu, tanpa ia ketahui.

Gadis yang selalu tersakiti, yang selalu memendam rasa sendiri, namun Raka hanya menganggapnya seorang sahabat. Dia hanya mencintai gadis yang bernama Hasnah Humairah Nissa.

Drrrttt... Drttt...(bunyi telepon)

"Hallo Assalamu'alaikum," salam Raka.

"..."

"Ada apa?" tanya Raka.

"..."

"Oh, mau aku antar ke Bandara?"

"..."

"Yasudah hati-hati di jalan ya, tunggu aku disana."

"..."

"Wa'alaikumsalam."

Bandung 01.45

Semenjak aku menerima perjodohan itu, perasaanku kepadanya semakin mendalam. Aku tak mampu menghilangkan rasa ini, otakku penuh di kelilingi olehnya. Aku tak bisa melupakannya.

Dan aku tak tahu harus bagaimana, aku tak ingin jika aku menikah nanti hati ini tetap kepadanya bukan suamiku. Ini salahku terlalu besar memberikan cinta kepada makhluk ciptaan Allah itu, terlalu berharap lebih, sedangkan hanya Allah yang bisa berkehendak.

Allah's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang