chapter 13

131 7 0
                                    

"Woy, dicariin ternyata disini." Ucapnya dari belakang anya sehingga mengagetkan nya.

Anya lantas berbalik badan untuk mengetahui siapa yang berbicara itu. Setelah mengetahuinya anya buru-buru mengalihkan pandangannya. "Nga-ngapain ngikutin kita, ini urusan cewek ya kan ka fia." Ucap anya terbata.

Fia yang mendengar itu hanya menggeleng-geleng sambil tertawa pelan. "Laper mau makan." Ucap daniel. "Mas mau pesen nasi ayam sama es teh manis." Pesan daniel ke pelayan.

"So-sorry niel yang waktu itu." Ia tertunduk.

"Oh gue balik ke sana dulu ya." Ucap fia yang tau bahwa ada sesuatu dengan daniel dan anya ia telah selesai makan juga sih. Jawab anya mengangguk.

Daniel mengangkat wajah anya dengan tangannya. "Gue bukan apa yang lo bilang waktu itu, jadi gapapa ko nya." Ucapnya seraya tersenyum lebar.

Anya ikut tersenyum. "Daniel jangan bikin kesel anya lagi ya, anya gamau banyak dosa soalnya." Ucapnya polos.
Yang di balas tawaan dari daniel.

"Btw tadi kenapa kabur pas liat gue di sekolah?." Tanya daniel sambil memakan makanannya yang baru beberapa menit datang. "Gapapa, terbawa suasana tadi tuh gue abis ke kantin bude jadi takut kirain kakel yang mau labrak gue hahahahah sorry." Jelas nya terperinci.

"Serius lo ke kantin itu? Lo tau kan disana tuh orangnya kaya gimana, terus lo ditanya-tanya gitu ga?." Tanya nya terus menerus. "Engga lah, gue langsung kabur aja abis beli jajanan terus makannya di kelas deh." Daniel yang mendengar itu bernafas lega.

"Syukur deh kalau lo ga kenapa-kenapa." Sambung daniel yang di balas tatapan aneh dari anya "apaansi lebay banget lo."

Daniel tersenyum sambil menaikan satu alisnya. "Apaan tuh maksudnya naikin alis?." Protes anya. "Biar keren, udah keren belom?" Sekarang ia menaikan kedua alisnya. Anya memutar bola matanya.

Setelah selesai makan mereka kembali lagi ke ruangan zefan. Reki sudah tidak ada disana katanya beberapa menit yang lalu ia pamit pulang.

"El, rara ga diajak?." Anya duduk di sebalah el. "Lagi cemburu dia sama lo nya, gara-gara yang waktu itu gue panik nyariin lo di taman kota." Jelas el. Anya yang mendengar itu yang tadinya melihat ke arah depan langsung menatap tajam el.

"Demi?." Tanya nya menyakinkan. "Beneran, tapi ga deh udah ga ngambek hahahah, tapi kemaren beneran ngambek." Anya menjitak kepala el gemas, gemas akan keanehannya.

"Nya, gue balik ya mamah nyariin gue." Ucapnya. "Ya el makasih udah kesini, sanah pamit dulu sama abang."

"Bang, el pamit pulang dulu ya." El berpamitan dengan bama dan mencium tangan bama serta tersenyum kepada fia, zefan dan daniel.

"Sampe ketemu besok di kelas anyaa." Ucapnya sebelum keluar.

Iya, besok el sudah satu kelas dengan anya. Ya karena el gamau pisah sama anya. Mama nya el juga si yang mau el sama anya bareng-bareng, katanya si biar el bisa jagain anya.

Padahal mah kalo ada yang jahat juga kabur nya bareng-bareng. Hahahha.

"Daniel ga pulang?" Tanya anya saat melihat daniel sedang bermain handpone nya dengan serius.

"Lo ngusir gue?" Jawabnya sinis. "Ya engga, kan tadi gue nanya."

"Udah malem juga si, yaudah gue balik dulu." Pamitnya kepada anya.
"Bang bama, ka zefan, gue pamit ya. Gws kak." Ucap nya sambil ber high-five kepada bama dan meninggalkan ruangan tersebut.

👑👑👑

"Anya, bama." Panggil nya lembut, sangat lembut.

Anya dan bama membuka matanya perlahan.

"Hmm." Gumam bama dan anya.

"Kalian sekolah kan?." Ucapnya masih sangat lembut. Anya dan bama membelalak kaget.

"Oiya, jam berapa anya belum solat." Paniknya.

"Masih jam lima ko." Ucap fia masih sangat sangat lembut.

Mereka berdua mengambil tas yang isinya baju seragam dan hendak keluar.

"Kalian mau kemana? Kan disini ada kamar mandi. Tuh." Tunjuknya.

"Anjir nya, udah berapa hari kita disini tapi baru tau kalo itu kamar mandi anjir. Gue nganterin zefan ke kamar mandi aja di luar." Ucapnya bama sambil tertawa.

Anya menepuk jidatnya dan tertawa. "Yaudah anya dulu ya bang." Jawabnya langsung berlari masuk ke kamar mandi tersebut.

Bama yang melihat tingkah adiknya hanya menggeleng kan kepalanya.

"Bam, ka zefan masih tidur terus anya lagi mandi. Aku mau ngomong sama kamu. Sini duduk." Ucapnya sekaligus menarik tangan bama untuk duduk di sofa.

"Ngomong apa fi." Tanya bama hati-hati. "Maafin aku ya bam, maafin apa yang udah aku sama ka zefan lakuin selama ini. Mungkin ini karma buat semua perbuatan aku sama ka zefan." Jelas fia dengan nada sedih.

Bama merangkul fia mencoba membuat suasana seakan baik-baik saja. "Gapapa fi gue ga pernah dendam, ini bukan karma fi ini cuma cobaan buat lo supaya lebih sayang sama kakak lo, bukan cuma kakak lo aja yang sayang sama lo."

Fia tersenyum hangat saat menatap wajah bama.
Bama membalas senyuman tersebut tak kalah hangatnya.

"Udah ah, nanti lo suka lagi sama gue." Bama mengacak rambut perempuan di depannya. "Kan dari dulu." Fia menjulurkan lidah nya meledek bama.

Anya keluar dari kamar mandi dengan seragam yang telah menempel di badannya.

Ia tersenyum lebar saat melihat 2 orang di depannya tertawa lepas. Layaknya sepasang. Melihat itu anya menjadi iri, ia pun ingin mempunyai pacar. Apalah daya anya yang jomblo ini.

"Bang, udah tuh anya mandinya." Ucap anya kepada bama.

Bama langsung pergi menuju kamar mandi.

"Anya mau solat?." Tanya fia

"Iya ka, tapi tunggu abang dulu jadi imam."

"Kalian selalu barengan kalo solat?

"Yoi, abang yang nyuruh biar pahala nya gede ceunah."

"Aku boleh ikut."

Anya yang sedang menyisirkan rambutnya di samping fia tiba-tiba diam sejenak menatap wajah fia.

"Ya boleh lah, masa orang mau ibadah aku larang."

Fia tersenyum lalu mengambil sisir dari tangan anya yang terlihat kesusahan menyisir rambutnya yang kusut.

"Kamu ada hair dryer ga?."

"Ada, nih." Memberikan hair dryer dari tas anya.

Fia mengeringkan rambut anya dan menyisirkannya, terlihat seperti ibu dan anak yang harmonis.

Tak lama kemudian bama keluar dari kamar mandi lalu mengambil peci yang ada di atas nakas samping ranjang zefan.

"Yu nya." Ucap bama sambil menggelar sajadah.

Fia berlari menuju kamar mandi lalu ia mengambil air wudhu.

"Yo aku juga ikutan." Ucapnya yang baru keluar dari kamar mandi.

Bama melihat anya yang sudah memakai mukenah dengan bingung sekaligus senang.

Mereka bertiga melaksanakan solat bersama-sama. Seperti keluarga kecil.

Bahkan saat mama papa masih bareng-bareng, anya ga pernah ngerasain solat berjamaah gini.

Beruntunglah kalian yang masih bisa sama-sama sama orang tua kalian, masih bisa makan bareng, solat bareng, dan mengobrol di atap yang sama.

Akan menyesal saat sudah kehilangan. Jangan jadi orang menyesal seperti anya dan bama.

My senior's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang