chapter 22

89 6 0
                                    

"Abang."
Panggil anya pelan sambil tidak percaya.

"Anya." Ucap bama kaget seraya berdiri. "Anya ngapain kesini." Tanya nya.

Anya terus mendekati bama dibalik jerujinya. Ditemani oleh raya.

Daniel yang menoleh pun kaget dengan keberadaan anya dengan raya, namun ia memalingkan wajahnya seperti tak peduli.

"Anya yang harusnya nanya sama abang. Abang ngapain disini? Abang abis ngapain? Berantem?." Tanya nya bertubi-tubi.

"Anya sama raya doang kesini?." Bama mengalihakn pertanyaan anya.

"JAWAB DULU!?." Bentak anya.

"Sama kesiswaan bang, lagi ngurusin di depan." Sela raya untuk menghindari perdebatan panjang.

Karena kesal pertanyaannya tak dijawab ia berjalan pergi keluar dari sana meninggalakan bama. Yang dia
Susul oleh raya.

Anya dan raya duduk di kursi yang ada di depan kantor polisi tersebut.

Lagi-lagi ia menggertakan kuku ibu jari nya ke jari telunjuk.

"Gapapa, bentar lagi juga bama dilepasin." Ucap raya menenangkan.

"Ya enggak maksudnya tuh, ngapain sih berantem-berantem gitu. Apasih untungnya, kalo menang ini yang di dapet kalo kalah ya mati." Anya memutar badannya menghadap raya.

"Sabar, harusnya lo tau resiko nya jadi bama. Ya kaya gini." Jelasnya. "Gue pernah ngalamin, dan itu susah. Lo harus mengesampingkan urusan pribadi lo." Tambahnya.

"Jadi itu alasan ka raya pindah sekolah?." Tanya nya dengan kadar emosi yang sudah menurun.

"Um, salah satunya sih." Jawabnya singkat.

"Berarti kalo jadi kaya abang banyak kasus gitu kak?." Tanya anya mulai tertarik pada pembicaraan itu.

"Um, gue saranin lo jangan nambah beban dia. Ngurusin kaya gini udah beban banget buat dia apalagi kalo ditambah masalah lo." Jelasnya.

"Iya kak, makasih ya sarannya." Anya tersenyum lebar sampai terlihat gigi taring yang gingsul nya.

"Oh iya, kalo lo butuh temen cerita dateng aja ke gue." Ucapnya dengan sudut bibirnya yang sedikit berkedut.

Sedangkan bama dan lainnya di introgasi terlebih dahulu oleh polisi. Untung saja bama dan lainnya tak membawa senjata tajam. Jadi mereka tidak di tahan lebih lama lagi.

Dan untuk hukuman dari sekolah tidak langsung di tetapkan sekarang, kesiswaan perlu membicarakannya dengan yang lain.

Apalagi kan bama, maca, ian dan rian sudah kelas 12. Dan sebentar lagi mereka akan ujian juga. Pasti perlu pertimbangan yang kuat untuk mereka.

Setelah diintrogasi, mereka diperbolehkan untuk pulang.

Bama dan lainnya keluar dari kantor dan menemui anya di depan.

"Anya, pulang sama abang ya. Abang mau jelasin ke anya." Bama berjongkok di depan anya.

"Engga, anya mau ke rumah el sama ka raya." Tolak anya dengan tegas.

"Iya nya, gue rasa abang lo bener. Lo harus denger penjelasan abang lo." Ucap raya menyuruh anya.

Bama menatap anya penuh rasa bersalah. Dan memohon kepada anya agar mengikuti perkataanya.

"Yaudah." Ucapnya jutek kepada bama.

Mendengar jawaban anya membuat bama tersenyum dan bangkit dari jonkoknya.

"Ray makasih ya, udah jagain adek gue." Bama menepuk pundak raya sambil tersenyum lebar.

Mereka semua melenggang pergi satu persatu. Bama, anya dan teman-temannya bersama mobil bama. Sedangkan daniel dan raya dengan motornya masing-masing.

My senior's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang