chapter 14

117 5 0
                                    

"Mau di anterin lagi ke kelas sama abang?." Tanya bama saat di bawah tangga hendak menaiki tangga.

"Gausah bang, anya bisa sendiri lagian udah ada el pasti di kelas bang. Anya kan udah sekelas sama el sekarang bang." Jelasnya lalu mencium punggung tangan bama dan beranjak menaiki tangga.

Bama pun beranjak ke kelasnya.

Saat sesampainya anya di kelas, benar saja sudah ada el yang duduk dengan rai di belakang tempat duduk vabi dan anya.

"Kok bisa duduk disini? Si agif sama sadam lo usir?." Tanya anya yang baru saja melepaskan tas nya dari punggunya. "Dia yang mau." Jawab rai singkat.

Anya hanya ber-oh ria. "Btw kalian ikut eskul apa, gue bingung banget." Tanya anya yang sedang menopang dagunya menghadap el dan rai.

"Gue karate." Jawab vabi yakin dan pasti.

"Gue sama el ikut band sekolah." Jawab rai.

"Yoi, gue gitar si rai drum, lo sendiri apa nya?."

"Gue, basket aja kali ya." Jawabnya tak yakin, dulu saat di smp ia tidak pernah tahan lama saat mengikuti eskul.

"Nah, sabi tuh nya lo kan waktu smp jago main basket pas di tes olahraga." Sambung el menyakinkan.

"Iya juga, okedeh fiks gue ikut basket."

Bapak guru masuk ke kelas anya.

Biasa, tidak langsung materi tapi hanya perkenalan dan bercerita.

Inilah yang disukai anya saat memasuki tahun ajaran baru, tidak ada materi yang ada hanya bercerita tentang masa liburannya atau menanyakan cita-cita.

Selama satu minggu ini belum ada yang menanyakan 'ada pr apa engga'. Atau 'Udah belum pr nya'.

"Anya, ke kantin bareng kita yuk." Ajak ana dan teman-temannya.

Belum sempat anya menjawab sudah di potong oleh vabi.

"Engga, anya sama gue."

"Eh- ayo barengan aja." Lerai anya.

"Engga deh nya, kita duluan aja ya bye nya." Ucap ana lalu meninggalkan anya dengan teman-temannya.

"Mau ke kantin bude lagi? Gausah deh, gue lagi males lari-larian." Keluh anya. "Kantin biasa aja, ayok ah."

"Skuy." Jawab mereka bertiga kompak.

Namun sesampainya di kantin, padat sekali dengan orang-orang.

"Bude aja ni?" Tanya anya.

"Yaudahlah." Pasrah vabi.

Sedangkan el dan rai hanya mengikuti saja.

Dengan ragu mereka menginjak tangga terakhir sebelum benar-benar berada di kantin tersebut.

Namun, kesialan datang kepada anya.

Bugh!

Ia tak sengaja menabrak laki-laki bertubuh kekar dengan baju yang ngetat membentuk badan atletis nya.

"Ma-maaf kak." Ucap anya kaget.

Anya meremas tangan vabi kencang dan membisikan bahwa mereka harus lari.

"Satu,dua,tiga." Komando anya berbisik.

Vabi, rai, dan el telah berlari kencang dan jauh. Sedangkan anya diam di tempat karena kerah bajunya di pegangi oleh laki-laki tersebut.

Mati gue mati gue, yaallah lindungi anya dari amukan siapapun. Batinnya.

Laki-laki tersebut melepaskan kerah baju anya dan berjalan menghadap anya.

My senior's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang