"Bang, mama nya el masuk rumah sakit ." Ucap anya kepada bama.
"Eh? Kenapa baru bilang, rumah sakit mana?."
"Disini, di ruang anggrek."
"Ayo kesana, fi gue sama anya ke ruangan anggrek dulu mau jenguk mama nya el." Pamit bama kepada fia yang diangguki oleh fia.
Mereka pun berjalan menuju kamar mayang mama nya el. Mereka sangat khawatir karena mama nya el sudah seperti mama mereka sendiri bahkan lebih.
Mayang lebih baik dan lebih sayang kepada mereka daripada mama kandung mereka.
"Assalamualaikum." Ucap anya dan bama berbarengan saat memasuki ruangan mama el.
"Eh Aduh kalian, sampe ngejengukin mama." Ucap mayang sambil membangunkan tubuhnya dan lantas bersandar ke dashboar.
"Maaf ya ma ga buru-buru kesini, tadi anya baru kasih tau abang soalnya."
"Gapapa, kalian udah kesini juga mama makasih banget. Kalian udah makan?."
"Udah ma."
Mereka mengobrol cukup lama, ya bagaikan sebuah keluarga. Ada papa mama dan anak.
El ga pernah cemburu sama anya dan bama, baginya kebahagiaan mereka kebahagiaan juga bagi el.
Mayang dan ario papa el juga seneng, apalagi mayang pengen banget punya anak perempuan makanya anya sangat di sayang oleh mama el.
Justru malah anya yang cemburu dan iri melihat kebahagiaan keluarga, mereka hidup harmonis. Tapi, iri dan cemburu itu tak berguna lagi untuk sekarang kenapa harus iri dan cemburu kalau kita bisa berada di posisi itu.
Setelah lama mengobrol anya dan bama izin pamit ke mama nya el.
"Ma, bama sama anya pamit ya. Cepet sembuh ya ma." Ucap bama seraya salim kepada mayang dan ario. Serta ber-highfive kepada el. Begitupula anya.
"Iya anya juga, dadah mama papa sama el." Ucapnya lantas meninggalkan ruangan tersebut.
Mereka kembali lagi ke kamarnya zefan. Tapi kenapa pintu nya terbuka.
Betapa terkejutnya bama dan anya saat tahu siapa yang ada didalam ruangan zefan.
"Tan-tante?." Kaget bama saat mengetahui mamanya zefan yang ada disana.
"Gausah sok pura-pura kaget kamu. Haduhhh, kamu tuh maunya apasih." Bentak anjali sang mama dari zefan dan fia sampai matanya mau keluar kali tuh dari tempatnya.
"Ih ko tante marah-marah sih? Bukanya bilang makasih sama abang udah di tolongin anaknya." Bela anya terhadap abangnya yang di bentak seperti itu.
Fia melihat bama dengan tatapan seakan-akan ia bicara bahwa ia melakukan ini terpaksa dan menyesal. Tatapan nya juga seperti orang ketakutan.
Bama yang melihat mimik wajah fia lantas mengambil barang-barangnya fan anya.
"Yaudah maaf tante bama sama anya pamit, tapi satu hal yang tante harus tau. Tante coba pahami anak-anak tante kalo gamau mereka menderita kaya bama sama anya. Assalamualaikum." Ucapnya lalu menarik tangan anya untuk meninggalakn tempat tersebut.
Ia menggandeng tangan anya sepanjang jalan menuju parkiran mobil. Matanya memerah hendak mengeluarkan cairan bening. Namun selalu di cegah, tak mau adiknya melihat ia sedang menangis.
"Bang? Abang nangis?."
"Engga, siapa juga yang nangis."
"Bang, gapapa ko nangis aja anya juga sering nangis depan abang kan." Anya berhenti melangkah memposisikan tubuhnya di depan bama. "Sini di pundak anya." Suruhnya dan menaruh wajah bama di pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My senior's
RomanceAnya Salsabila, perempuan dan siswi biasa yang dapat membuat kakak-beradik menjadi bermusuhan merebutinya. Siapa yg akan dipilih? Started, 05 nov 19