☃️Episode 1☃️

942 127 204
                                    

"Permisi, boleh minta tanda tangannya?"

Sebuah novel dengan sampul berwarna putih terulur dihadapan seorang gadis bertopi biru yang sedang duduk sendirian di coffee shop. Gadis itu menaikkan ujung topinya agar bisa melihat siapa yang baru saja berbicara. Ditatapnya seorang pemuda tersenyum manis padanya, di tangan kanannya masih memegang buku.

"Boleh kan, saya minta tandatangannya? Saya fans berat novel Anda." Pemuda itu bertanya lagi pada gadis yang hanya memandangnya itu.

Gadis itu akhirnya tersenyum dan mengambil novel yang diulurkan kepadanya, "Tentu saja bo.... leh!"

BUK!

Novel tersebut dihantam tepat di kepala si pemuda yang membuatnya meringis kesakitan.

"Aw! Sakit!"

"Rese." Gadis itu kembali menyeruput cappuccino-nya, sedangkan si pemuda yang masih mengusap-usap kepalanya duduk di dihadapan si gadis.

"Harus di CT-Scan nih." Tangannya sibuk memegangi kepalanya yang baru saja dihantam novel setebal 300 halaman. "Harana Jasandra, penulis novel yang baru memulai debutnya menyakiti penggemarnya yang meminta tandatangan."

Gadis yang bernama Harana Jasandra itu mencibir mendengar ocehan Asta. Hari itu mereka janji bertemu dan Asta terlambat satu jam, yang bukannya meminta maaf saat datang malah menggoda Hara. Hara akhir-akhir ini agak sensitif jika ada yang menyinggung masalah novel, terutama novelnya yang baru saja terbit.

"Kenapa sih? Suntuk banget. Royalti belum turun? Sabar... novelmu baru terbit sebulan lalu 'kan."

"Kamu mau aku pukul lagi, ya?"

Asta buru-buru menghindar melihat Hara sudah siap memukulnya lagi, "Oke, jadi masalah apa?"

"Oh-Tuhan-kamu-ini-terlambat-satu-jam-dan-masih-tanya-ada-masalah-apa!" Setiap penggalan kalimatnya Hara memukul badan Asta oleh novel yang beberapa menit lalu menghantam kepalanya.

"Har, duh! Hara! Sakit! Stop!" Sebisa mungkin Asta menangkap tangan Hara yang masih bersemangat memukulinya dengan buku. "Iya, iya aku minta maaf. Tapi, kasih tahu dulu kenapa kamu bisa emosi begini? Aku tahu masalahnya bukan hanya karena aku datang terlambat."

Napas Hara terengah-engah, sementara kedua tangannya sudah dipegang erat oleh Asta yang kelabakan menghadapi tingkahnya hari itu. Asta mulai melepas tangan Hara saat gadis itu menunduk dan mengambil sesuatu dari ranselnya. Sesuatu beramplop cokelat diletakkan diatas meja. Asta bisa menebak isi dari amplop cokelat besar itu.

"Aku batal kirim naskah itu ke panitia lomba," ujar Hara datar.

"Loh, kenapa?"

Asta mengambil naskah yang berada didalam amplop cokelat itu dan membuka serta melihat-lihat isi naskah fiksi buatan Hara. Sesekali Asta melirik Hara yang santai meneguk minumannya.

Dia tidak habis pikir, kenapa Hara tiba-tiba membatalkan dirinya ikut serta lomba penulisan novel fiksi yang diselenggarakan beberapa bulan lalu.

Saat itu Hara meneleponnya dan berkata penuh semangat, kalau dia baru menemukan artikel tentang pemberitahuan diadakannya lomba menulis.

"Aku harus ikut lomba ini. Hadiahnya keren banget! Hadiah utamanya jalan-jalan ke Korea, tapi aku nggak peduli sama hadiah utamanya. Aku mengincar hadiah kedua dan ketiganya yang akan menerbitkan naskah terpilih."

Seruan penuh semangat beberapa bulan lalu itu berlanjut dengan Hara yang terus-terusan mengurung diri di kamar untuk menyelesaikan naskah yang akan dikirimkannya di lomba itu.

Tapi, sekarang saat naskah itu sudah siap kirim, Hara malah bilang dia batal mengirimnya ke panitia lomba.

"Kenapa?" Asta masih berusaha menanyakan alasan Hara mundur sebelum berperang. "Apa karena kamu selama ini menyiapkan naskah untuk juara dua atau tiga, tapi ditengah jalan kamu berubah pikiran ingin naskah yang bisa merebut juara satu, agar bisa jalan-jalan ke Korea gratis sekalian ketemu Sa...."

Galaxy, You're My XOXO! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang