☃️Episode 2☃️

397 111 138
                                    


Hara menghela napas panjang memandang gedung berlantai lima didepannya. Kalau bukan karena Asta, dia tidak akan datang kesini, apalagi untuk mengurus dan menerima hadiah yang baginya sangat tidak menarik.

Awalnya, Hara kira Asta hanya bercanda saat mengatakan akan marah dan tak mau menemuinya lagi kalau dia tidak mengambil hadiahnya. Tapi, ketika Hara meneleponnya hal pertama yang Asta tanyakan adalah apakah Hara sudah mengurus hadiahnya atau belum.

Saat Hara jawab belum, Asta langsung memutuskan sambungan teleponnya dan selalu me-reject panggilan Hara. Asta baru mau mengangkat telepon dari Hara saat Hara mengirim SMS yang berisi, Aku akan mengurus hadiah itu besok. Mau mengantarku?

"Ayo, cepat! Kamu mau melamun sampai kapan disitu?"

Hara menoleh ke sebelahnya tepat dimana Asta duduk di bangku kemudi. Mobilnya masih berada didepan lobi, memastikan Hara masuk kedalam gedung dihadapannya.

"Kamu nggak berubah pikiran, 'kan?"

"Boleh?" tanya Hara penuh harap.

Sebelah alis Asta naik, "Tentu saja boleh." Asta memakai kacamata hitamnya bersiap pergi dari depan lobi, "Tapi jangan harap besok kita ketemu lagi," lanjut Asta sebelum menaikkan kaca mobil dan bersama mobilnya pergi dari hadapan Hara.

Lagi-lagi Hara menghela napas berat. Kakinya dilangkahkan memasuki gedung didepannya.

Setelah berbicara dengan resepsionis kalau dirinya adalah pemenang dari lomba menulis, resepsionis itu mengantar Hara ke ruangan yang tertulis Executive Chief Editor di pintunya.

"Harana Jasandra? Pertama-tama saya ucapkan selamat atas kemenangannya." Seorang pria paruh baya yang berada dibalik meja mengulurkan tangannya.

Hara membalas uluran tangan itu sambil mengucapkan terima kasih. Mereka pun langsung membicarakan perihal hadiah yang didapatkan oleh Hara.

Perjalanan selama kurang lebih seminggu ke Korea Selatan benar-benar tanpa biaya sedikitpun yang harus dikeluarkan oleh Hara. Modal Hara untuk pergi cukup paspor dan perlengkapan pribadi. Bahkan Hara mendapat uang saku selama disana.

Mengenai tiket, hotel, guide tour dan segala macamnya sudah menjadi tanggung jawab pihak penyelenggara lomba. Hara tidak habis pikir, buat apa dia diberikan hadiah se-wah ini dari perusahaan penerbit, kalau naskah yang dimenangkannya saja tidak diterbitkan oleh perusahaan ini. Malah memberikan tur jalan-jalan yang sebenarnya enggan Hara lakukan.

"Baiklah, Saudari Harana, saya sudah menjelaskan semua tentang perjalanan anda ke Korea. Kalau ada yang masih kurang jelas anda bisa menghubungi saya langsung." Hara hanya mengangguk sopan pada Executive Chief Editor dihadapannya.

"Satu lagi, Saudari Harana." pria paruh baya itu menahan Hara yang sudah membuka pintu, "Sebenarnya masih ada satu hadiah lagi bagi pemenang utama. Hadiah itu akan anda temui di Seoul nanti."

**

Paspor, boarding pass, iPod, beberapa potong pakaian ganti, mantel, sandal, charger, syal, high heels, laptop... Hara berhenti sebentar sebelum menutup kopernya. Dia mengangkat sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah. Seingatnya dia tidak pernah memasukkan sepatu ini yang pastinya tidak akan dia pakai sama sekali disana.

"Ini pasti berguna disana." Asta mengambil heels itu dan memasukkannya lagi kedalam koper.

"Aku kesana terpaksa jalan-jalan karena ancaman kamu, dan aku sumpah bakal jalan-jalan pakai Converse ini!" Hara menunjuk sepatu kets hijau bututnya, "Bukan heels sembilan senti itu!"

"Percaya aku, kamu pasti butuh ini nanti." Asta tetap memasukkan heels merah itu dan membawa koper besar Hara.

Hara memandang Asta sebal. Pertama, cowok yang sedang memunggunginya ini sudah memaksanya untuk menerima hadiah yang tidak ingin dinikmatinya.

Galaxy, You're My XOXO! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang