Hara tersentak kaget mendengar suara bel yang berbunyi. Ia mengangkat kepalanya dari atas meja. Jam dinding dikamarnya menunjukkan pukul tiga sore. Ternyata ia tertidur selama dua jam, karena menangisi Suhan.
"Asta!!! Buka pintunya! Berisik!" teriak Hara dari dalam kamarnya, namun tidak ada sahutan.
Seketika Hara pun ingat pasti saudara kembarnya itu masih berada di kantor dan kedua orangtua mereka sejak pagi tadi pergi ke rumah kerabat di Bandung.
Dengan malas Hara keluar kamar menuju pintu depan. Tidak peduli wajah sembab dan rambutnya yang berantakan. Ia hanya perlu cepat membuka pintu, melihat siapa yang datang dan menyuruh pergi kalau tidak ada kepentingan.
Hara membuka pintu malas-malasan.
"Annyeong haseyo."
"Annyeong haseyo. Ada apa?" tanya Hara memperhatikan orang yang memakai topi didepannya. Tapi, tidak terlihat jelas karena matanya yang masih sembap.
"Paket, Agasshi." Orang didepannya menyerahkan bingkisan kotak kecil pada Hara.
Hara menerima kotak itu tanpa minat, "Terima kasih."
Dengan cueknya Hara menutup pintu tanpa memedulikan pengantar paket tadi. Hara mengucek matanya sambil mengamati paket di tangannya. Hara pun membuka paket kecil yang dibungkus oleh kertas bercorak garis-garis merah-biru. Dan, isinya membuat ia tercekat.
Gelang ini?
Tangan Hara gemetar memegang gelang berhias snowflake. Buru-buru ia membuka lagi pintu depan rumahnya. Tapi, tidak ada siapa-siapa disana. Pengantar paket itu sudah tidak terlihat. Ia tidak sadar tadi sudah berbicara dalam bahasa Korea dengan pengantar paket tadi.
Apa kurir tadi khusus datang dari Korea? Tapi kenapa gelang ini?
Hara ingat meninggalkan gelang itu di rooftop area gedung DKent.
"Bagaimana jadinya kalau tadi wajahku terhantam pintu?" Kurir tadi ternyata berdiri disamping pintu dan mengangkat sedikit topinya agar wajahnya terlihat.
"S-Suhan?" Hara tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Suhan bertopi yang memakai kemeja merah dan celana hitam panjang tengah tersenyum padanya.
Suhan maju selangkah mendekati Hara, tapi gadis itu mundur hingga punggungnya membentur pintu. Ia masih syok atas pemandangan dihadapannya. Rasanya seperti mau pingsan. Apa karena tadi menangisi Suhan hingga tertidur jadi ia berhalusinasi?
Hara menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin Suhan disini. Tidak mungkin ada member Galaxy di Indonesia, Jakarta, di depan pintu rumahnya. Tidak mungkin.
Pasti mimpi.
"Nuna, aku minta maaf."
Suhan kembali mendekat kearah Hara, mengambil gelang yang ada di tangan Hara dan memakaikannya kembali. "Aku menemukannya. Aku menemukanmu, Nuna."
Masih dalam keterkejutannya Hara meneteskan airmata. Tangan Suhan yang menyentuh tangannya memakaikan gelang itu untuk kedua kalinya terasa nyata.
Apa benar ini bukan mimpi?
"Jangan menangis." Suhan menghapus airmata di pipi Hara, sayangnya itu tidak membuat Hara berhenti menangis. Gadis itu malah menutup wajah dengan kedua tangannya dan menangis tersedu.
"Nuna, aku benar-benar minta maaf."
Suhan membawa gadis itu ke pelukannya. Ingin rasanya ikut menangis juga mendapati gadis yang selalu menghantui pikiran dan perasaannya ini menangis karenanya.
"Kumohon berhenti menangis." Suhan mengeratkan dekapannya.
"A-aku tadi habis menonton rekamanmu di G-Radio dan mendengar cerita Love Story Fiction buatanmu. Aku...aku..." kata Hara disela tangisannya.
"Apa karena itu matamu terlihat seperti bola golf? Nuna menangisi rekaman satu bulan lalu?" Suhan membelai lembut kepala Hara.
"Aku menangis karena ceritamu buruk sekali."
Suhan tergelak mendengar jawaban Hara yang masih berada di pelukannya, "Nanti aku akan meluangkan waktu belajar menulis denganmu, Nuna."
Suhan melepaskan pelukannya untuk melihat wajah Hara yang sudah mulai berhenti menangis. Dirapikannya anak rambut Hara yang berantakan. Wajah gadis itu terlihat kesal sekaligus menggemaskan.
"Mana member yang lain?" Hara mengintip dari balik tubuh tinggi Suhan. Berusaha melihat kebelakang mencari keberadaan member Galaxy yang lain.
"Tentu saja mereka ada di Seoul. Menunggu Nuna."
"Menungguku?"
Suhan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Diserahkannya sebuah amplop putih. Hara langsung membukanya.
"Ini..." Hara mengeluarkan kertas persegi panjang dari dalam amplop itu.
"Itu tiket pesawat Jakarta-Seoul untuk malam ini."
"Untuk apa?" Hara tidak mengerti.
"Tadi sudah kubilang kalau member Galaxy yang lain menunggumu di Seoul."
"Aku tidak mengerti. Apa ada masalah dengan novel The Wolves disana yang harus kuurus?"
"Ah...itu..." Suhan terlihat berpikir.
"Sepertinya bukan mengenai The Wolves. Untuk lebih jelasnya, semua jawaban yang Nuna perlukan ada di Seoul. Siap berangkat malam ini?" Suhan tersenyum penuh misterius.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxy, You're My XOXO! [COMPLETED]
Teen Fiction[[Sudah diterbitkan secara digital oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer, Kompas Gramedia, 2018]] SINOPSIS: Bagaimana rasanya apabila seorang fan bisa bekerja sama dengan artis idolanya? Setiap hari bisa melihat mereka dari dekat, berbicara, bahkan berc...