Saat turun dari bis. Fana mengedarkan pandangannya ke halaman sekolah yang nampak masih sepi, padahal ini sudah jam 06.00 pagi. Hanya ada satu atau dua orang yang sudah sampai sekolah dihari ini.
Fana menggendong tas ransel berwarna merah. Rambutnya dibiarkan tergerai, bagian kanan rambutnya diselipkan ke kuping agar tidak menghalangi penglihatannya.
Dengan seragam sekolah memakai rompi coklat kotak-kotak putih. Dan memakai dasi, serta tak lupa androk krem nya selutut dengan kaus kaki panjang mencapai lutut dan sepatu hitam.
Saat memasuki area halaman sekolah. Fana mulai mengeluarkan earphonenya kembali, untuk mendengarkan lagu, sesampainya di kelas. Fana mengetuk terlebih dahulu pintu kelas tersebut.
"Masuk aja." Jawab seseorang dari dalam.
Ceklek
Di dalam juga sepi, ternyata hanya ada Sarka. Si murid kutu buku itu di kelasnya, dia sedang sibuk membaca buku yang ada ditangannya. Lengkap dengan memakai kacamata andalannya itu.
"Yang dateng, baru lo doang?" tanya Fana pada Sarka. Sarka menutup bukunya, lalu menatap Fana. "Iya. Sama lo," jawabnya santai.
Fana manggut-manggut mengerti lalu duduk di kursinya. Dia membereskan beberapa partikel-partikel kertas kecil di bawah lantainya, yang mungkin kemarin dipakai bermain pesawat-pesawatan oleh temannya.
Fana membersihkannya lalu membuangnya ke dalam tempat sampah.
Dia kembali duduk. Dan anteng dengan earphone yang melekat di telinganya.
Sambil menunggu Ify datang, Fana memutuskan untuk membaca buku pelajaran hari ini, serta menyimaknya agar tidak terlalu bingung jika nanti dijelaskan oleh guru.
Tak sadar akan kehadiran Sarka disampingnya. Fana berbalik badan dan bertanya. "Ada apa?" tanya Fana pada Sarka yang terlihat salah tingkah.
"Eum, a—anu. Gw mau ngomong, kalo gw ...,"
BRUK
Pintu kelas terbuka lebar. Menampilkan sosok Ify yang cengegesan serta kelelahan akibat berlari.
"Fana!" Ify berteriak keras membuat kegaduhan. Sontak membuat Fana dan Sarka menutup telinganya. Pada saat Ify mendekat. Sarka justru menjauh, membuat Fana keheranan.
"Tadi mau ngomong apa?" lagi-lagi Fana bertanya. "Nggak jadi, lain kali aja." Sarka menjawab lalu keluar kelas dengan membawa bukunya.
"Itu si Sarka, ngapain?" tanya, Ify. Fana mengedikan bahunya acuh.
Ify pun hanya ber oh ria serta langsung menaruh tas miliknya disamping Fana.
—— - -
Beberapa menit berlalu, sekarang suasana kelas berubah menjadi sangat amat ramai. Hampir semuanya telah datang hari ini, memenuhi seisi kelas dengan kegiatannya masing-masing.
Tak jauh berbeda dengan yang lain. Fana dan Ify sekarang sedang membahas tentang pelajaran. Ify berniat meminta Fana untuk mengajarinya, karena nilai Fana yang diatas rata-rata. Menurut Ify, sebagai sahabat, dari Fana. Ify juga ingin pintar, walaupun tidak bisa sepintar Fana.
"Nah gini, ngerti ga? Fy?" Fana bertanya, langsung dibalas anggukan singkat dari Ify. Sontak membuat Fana tersenyum singkat. "Baguslah," katanya.
"Suttt. Suttt! Bu Chio dateng!" teriak Laras kencang. Membuat satu kelas heboh tiada tara.
Semua murid duduk dengan rapih di kursinya masing-masing. Dengan semua pandangan yang mengarah ke arah depan, menunggu kedatangan Bu Chio.
Tak tak tak
Suara sepatu Bu Chio sudah tidak asing lagi bagi kelas Fana. Suaranya yang khas membuat semua murid menghafalnya dengan cepat.
"Eh udah rapih. Tumben nih," bukannya memasang ekspresi seperti biasanya. Bu Chio hari ini nampak santai-santai saja dilihat, dari ekspresinya.
"Fano ayo masuk." Bu Chio berkata sambil menoleh ke arah pintu kelas.
Semua murid mulai berbisik dan berbincang. Kemungkinan, membicarakan murid baru yang satu ini.
Seorang cowok masuk dengan gaya yang tak asing. Dengan tangan kanan yang dimasukan ke dalam saku. Bahkan dia memakai earphone juga seperti Fana.
"Ekhem. Ekhem, udah dulu ya ghibahnya. Ini ada temen kalian mau memperkenalkan diri," tegas Bu Chio melihat murid cewek yang bising berbicara tak jelas.
Semuanya diam.
"Ayo Fano mulai perkenalan," katanya pada cowok itu. Fano mengangguk lalu menarik nafas dalam-dalam.
"Kenalin gw Fano Angkasa, panggil aja Fano. Sebagian dari kalian mungkin udah kenal sama gw, sebelumnya kelas gw diujung. Dan gw harap, kalian bisa nerima gw dengan baik disini." Katanya dengan satu tarikan nafas.
"Woah!! Cogan!!" Teriak Sisil dan Laras bersamaan.
"Sisil, Laras. Diam!" Tegas Bu Chio memperhatikan. "Ada lagi yang ingin disampaikan Fano?" tanya Bu Chio.
Fano menggeleng cepat, merasa itu sudah cukup untuk perkenalan.
Bu Chio tersenyum lalu kembali berbicara. "Kenalannya nanti saja pas istirahat. Sekarang, ehm kamu duduk dengan siapa ya Fano ..," Bu Chio mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.
"Sarka," panggil Bu Chio. Karna Sarka duduk sendirian, lebih baik Fano duduk dengan Sarka. "Sarka, tolong angkat tangan kamu." Mendengarnya Sarka lalu mengangkat tangannya ke atas.
"Fano, kamu duduk dengan Sarka." terang Bu Chio. Dibalas anggukan dari Fano, dan perlahan melangkah mendekati tempat duduk Sarka.
Saat sampai Sarka hanya menyambut Fano dengan senyuman singkat sebagai salam perkenalan. Fano tau mungkin Sarka tipe murid yang pendiam, dan jarang bersosialisasi. Jadi dia memakluminya.
Tempat duduk Sarka dan Fana bersebelahan. Hanya terhalang oleh Ify yang duduk disebelah Fana.
Ify yang mengetahui Fano duduk disebelahnya. Sangat girang tiada tara, dia kembali menggoyang-goyangkan tubuh Fana untuk kedua kalinya.
"Ih! Fy. Diem," marah Fana saat Ify mengganggunya. Ify cengegesan kembali dan meminta maaf kepada Fana.
Bu Chio melanjutkan pelajarannya kembali. Murid-murid mengeluarkan alat tulis belajarnya masing-masing.
"Itu siapa. Sar?" Tanya Fano memulai percakapan.
"Siapa? Ify atau Fana?" jawab Sarka masih fokus dengan bukunya.
Fano menyipitkan matanya, melihat ke arah Fana. Lalu kembali bertanya kepada Sarka. "Itu yang ujung," tanyanya lagi.
"Fana." Jawab Sarka menutup bukunya, "ada urusan apa lo sama dia?" kali ini Sarka yang bertanya.
Fano menggeleng cepat. Spontan menjawab. "Gak ada. Kenal aja kagak," terangnya pada Sarka.
Fano memerhatikan Fana kembali, menatapnya lekat-lekat. Dan mengingat-ingat, sesuatu. Kepalanya berputar seolah antariksa berada di otaknya.
"Dia si cewek curut itu bukan sih?" gumam Fano dalam hati. Merasa kebingungan saat melihat Fana.
*
Bogor, 03 Januari 2020
©smaryani_
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana&Fano [HIATUS]
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU OKE?!] ~ Fano Angkasa Takdir mengharuskannya bertemu sosok Fana yang tak ia kenali selama ini, bukan hanya karena wajahnya yang cantik, juga bukan karena sosoknya yang membuat Fano kagum. Fano mencintainya, sangat...