•Chap»16•

273 23 0
                                    

spinn off kejadian hari itu

*

"Loh Bu? Ada apa ini?"

Langkah Fana terhenti, ketika melihat ada banyaknya pria berbadan besar yang diberitahu Kak Ayla tadi. Bukan nyalinya yang menciut, tetapi jika dia melawan pun kesempatan untuk menang sangat kecil adanya.

"Pergi!" Itu suara Ibu, dia sedang berusaha melawan ketakutannya, disaat berhadapan dengan pria berbadan besar yang menatap Fana dan Kila dengan tatapan sinisnya.

"Siapa ini? Bocah nekat?" Tanya si Pria berbadan besar satu, sambil menunjuk Fana dengan tatapan angkuhnya.

Fana berjalan santai mendekati Kila, sebisa mungkin melawan ketakutan yang tengah melanda dirinya. Tangannya terkepal kuat, seolah kesal dengan banyaknya orang asing yang tengah menatap kearahnya dengan tatapan tidak suka.

"Maaf. Ini rumah Ibu saya, dan kalian—" Fana menunjuk beberapa Pria berbadan besar itu satu persatu, "adalah orang asing, jadi bisa tolong menghormati tuan rumah?" Protes Fana dengan wajah agak ditekuk.

Semuanya sontak tertawa menimbulkan suara gelak tawa yang terdengar nyaring, oh tolong Fana ingin berubah menjadi ironman dan menghajar wajah mereka satu per satu.

"Hey anak manis! Kamu ini siapa? Lancang sekali berbicara seperti itu." Ledek si Pria berbadan besar dua, dia mendekapkan kedua lengannya didepan dada, masih dengan wajahnya yang terkesan sangar.

"Apa keperluan kalian datang? Membuat keributan?" Celetuk Fana masih mengatur nafasnya.

Pria berbadan satu melangkah, perlahan mendekat ke arah Fana. Dia tersenyum bangga menampilkan deretan gigi palsunya yang terpasang rapih.

"Tidak juga, kalau boleh tau urusanmu dengan dia itu apa?" Tanyanya menunjuk Kila tengah ketakutan berada dibelakang tubuh Fana.

Fana menoleh singkat kearah Kila, lengannya terulur tulus mengusap-usap punggung Ibunya itu berniat menenangkan. "Tenang Bu." Ucap Fana berbisik pelan.

"Hey!" Pria berbadan dua itu memukul sebuah meja, mengakibatkan meja terkulai rapuh hingga terbelah dua.

"Jangan merusak barang-barang Ibu!" Sewot Fana dengan nada suaranya yang tinggi.

Kila menepuk singkat pundak Fana, dengan lengannya yang masih gemetar. "Kamu, pergi sekarang." Lirihnya dengan nada suara parau.

"Nggak bisa. Aku harus disini," sahut Fana setengah berontak.

Kila mendorong tubuh Fana menjauh, mengakibatkan Fana terjatuh keras menghatam lantai rumahnya. Fana meringis kesakitan seraya memegangi kakinya yang sedikit terkilir akibat pergerakan tubuhnya secara mendadak.

Sementara Kila bangkit lalu menarik nafas panjang.

"Saya akan bayar, tapi bukan sekarang. Kalian tolong pulang, jangan buat keributan." Jawab Kila kepada Pria berbadan besar.

Semuanya tercegang tak mengubris pernyataan Kila pada mereka. Sekarang hanya ada kesunyian yang ada diantara keduanya.

"Hah?" Pria berbadan besar satu itu menautkan kedua alisnya, dia melangkah maju lalu menatap wajah Kila intens. "Bilang apa tadi?" Tanyanya lagi, perlahan lengannya memegangi pipi Kila kasar, berusaha menahan amarahnya.

"Bilang apa tadi?! Dasar sialan!" Amarahnya memuncak, wajah Pria itu kini tak lagi bersahabat, terlihat dari lengannya yang terkepal kuat hendak memukul, juga ekspresi wajahnya yang menampilkan beberapa otot wajah yang sangat menyeramkan.

Plak

Satu tamparan mendarat halus dipipi Kila, sontak membuat Kila menatap kosong ke sembarang arah, seraya memegangi pipinya.

Fana&Fano [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang