•Chap»9•

414 43 0
                                    

Heio, selamat membaca semua <3

Jangan lupa voment

Azab silent readers. Adalah dikutuk menjadi ubi wakwak

**

"Lusa kalian olimpiade ya?" Ify bertanya sambil menepuk-nepuk pundak Fana, singkat.

Fana menoleh cepat. Kemudian, mengangguk-anggukan kepalanya dengan semangat. "Iya," terangnya.

Hari ini mereka berdua, nampak sedang bersantai di kantin untuk berbincang-bincang. Ify yang tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung mengajak Fana berbincang sambil menyemangati Fana antusias.

"Hm. Fano gimana?" Tanya Ify, di sela-sela pembicaraan mereka. Fana menautkan kedua alisnya kebingungan, seraya mengangkat bahunya acuh. "Gak tau," jawab Fana yang tak mengalihkan pandangannya tersebut.

Ify mendengus sebal, kemudian menangkup pipi Fana dengan gemas. "Ngeselin lo!" Geram Ify, perlahan menepuk-nepuk pipi Fana sampai memerah.

Fana melepaskan lengan Ify, lalu menoyor kening Ify dengan spontan. "Gantian," celetuk Fana, setelah menoyor kening Ify.

Ify mengumpat sendiri dalam hati, ketika menghadapi sahabatnya saat ini. Sangat menyebalkan tentunya, tapi bagi Ify ini adalah sebuah fenomena tersendiri bagi seorang Fana. Ify dia tak mau menyia-nyiakan moment dimana Fana yang menyebalkan, karena esok harinya dirinya pasti akan bertemu Fana yang menjadi es kembali, tentunya.

"Kalo menang olimpiade. Traktir gw ya!" Kata Ify tanpa ragu, sontak dibalas gelengan cepat dari Fana. "Gak, gw miskin." Sahut Fana, masih dengan wajah datarnya.

"M—maksud gw, ga gitu. Fan," kata Ify, merasa canggung dengan keadaan.  Fana mencubit pipi Ify, lalu terkekeh manis. "Bercanda! Doain aja ya. Fy," oceh Fana kembali, berusaha menenangkan Ify yang sudah memasang muka tegang bukan main.

"Sialan lo!"

—— - -

"Darling~ tungguin gw dong, buru-buru amat tu kaki." Protes Fano geram, ketika melihat Fana yang terus menghindarinya tanpa sebab. 

Fana menginjak kaki Fano dengan sengaja, menyebabkan Fano berteriak keras hingga menggema sampai ke kutub utara pastinya. "Sakit woi!" Marah Fano yang tengah, terjungkal kesakitan saat itu.

Fana terkekeh singkat, dengan lengan mungil itu, yang dibiarkan menutupi wajah miliknya. "Rasain lo. Makanya jadi cowok jangan bawel," kata Fana asal, sukses membuat mulut Fano menganga lebar, dengan cepat. "Hah? Apa lo bilang?!" Fano berdiri sigap, kemudian beralih menatap wajah Fana lekat-lekat.

"Ogah gw jelasinnya," sahut Fana melanjutkan perjalanannya.

Fano mendelik. "Jangan main asal jalan aja, gw masih belum selesai ngomong." Ucap Fano yang sukses mencekal pergelangan lengan Fana.

Fana membuang nafasnya kasar, alih-alih menatap wajah Fano sinis. "Lepasin," pungkas Fana, tak suka jika lengannya yang dicekal oleh Fano secara tiba-tiba.

Fano terkekeh gemas melihat tingkah Fana yang selalu seperti ini padanya. "Pulang sekolah. Ke ruang Bu Chio dulu, sama Sarka juga." Fano berkata dengan merubah kembali ekspresi wajahnya.

Fana&Fano [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang