•Chap»7•

461 44 1
                                    

Aku mengawasi silent readers (Pembaca diam-diam)🌩.
Tapi ga vote ;)

~

Gluduk-gluduk

Makasih buat 96 readers yang udah liat cerita ini. Tetep stay tune ya, walau aku jarang up sekarang. Tapi aku janji kalo udah ga sibuk sama sekolah bakal up lagi sesering mungkin. Kalo buat bulan ini kayanya aku up 2 kali dalam seminggu. Dan kalo lagi mood bisa sampe 5 kali ya, minta doanya aja 🦋.

—————
——

"Fan." Panggil Sarka, lalu mulai mendekati Fana.

Fana menoleh seraya mendapati keberadaan Sarka, saat ini. "Kenapa?" Tanya Fana, saat Sarka sampai. Sarka membuang nafasnya kasar, lalu tersenyum manis kepada Fana. "Gimana udah belajar?" Tanya Sarka.

Fana mengangguk. Serta membalas senyuman Sarka dengan spontan. "Iya. Kenapa?" Pungkas Fana, melanjutkan aktivitasnya kembali.

Sarka yang mendengarnya hanya tersenyum kikuk. Sambil terus, memikirkan topik yang akan dibicarakan saat ini, bersama seorang Fana.

Keadaan kelas ini sepi, hanya ada empat orang murid didalamnya. Di antaranya adalah Fana dan Sarka, keadaan mereka sedikit canggung, mungkin karena baru saling mengenal satu sama lainnya.

Sarka memang mengenal Fana saat pertama kali masuk sekolah, bagi Sarka. Fana itu unik, dia tidak ingin terusik dan sangat penyendiri, sama seperti dirinya.

Bisa sedekat ini dengan Fana, adalah hal yang Sarka inginkan dari dulu. Tetapi, dia terlalu naif untuk mendekati Fana, secara perlahan.

Fana yang terusik karena terus-terusan ditatap oleh Sarka. Langsung mengambil tindakan dengan menoleh kepadanya, sehingga membuat Sarka salah tingkah di depan Fana, saat ini. "Ada masalah?" Tanya Fana blak-blakan. Tak suka diusik, oleh orang lain.

Sarka sontak berdiri. Lalu pamit untuk kembali ke tempatnya, "gapapa. Sorry jadi ganggu, lo." Terang Sarka, beranjak pergi dari tempat duduk Fana.

Fana yang melihat Sarka menjauh hanya memasang wajah datar. Melanjutkan membaca bukunya. Sambil mendengarkan lagu, menggunakan earphone andalan miliknya.

"Fanaa!" Teriak Ify, mengibas-ngibaskan rambutnya ke arah Fana. Lalu, dibalas tolehan acuh dari Fana padanya. "Apa sih?" Ucap Fana, mencoba merespon.

Ify duduk, lalu mengatur nafasnya. Dia tak henti-hentinya tersenyum. Lalu memegang tangan Fana erat, secara tiba-tiba.

"Gimana kalo gw jadi model. Menurut lo, pantes gak?" Tutur Ify, agar mendapatkan saran dari Fana.

Fana melepaskan earphonenya, lalu menyipitkan kedua matanya secara bersamaan. "Model apa?" Tanya Fana memastikan.

Ify merapihkan rambut panjang miliknya, lalu kembali tersenyum. "Model sampo." Celetuk Ify, membuat sosok Fana akhirnya menampilkan tawanya, kembali.

Fana terkekeh dengan tangan mungilnya, digunakan untuk menutup sebagian wajah miliknya. Lucu atau tidak pernyataan Ify tadi. Bukan urusan Fana, yang istimewa adalah bagaimana Ify ingin menjadi model sampo, padahal dirinya saja, tak tau barang apa itu sampo.

Fana&Fano [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang