Dalam bus
"Oh, jadi apa rencana kamu sekarang. Fana?" Tanya Ayla, sesaat setelah mendengar keluhan Fana.
Fana menunduk sendu, sambil memegangi kepalanya yang sakit. Dia menatap ke arah depan, secara perlahan. Membuang nafasnya kasar. "Aku gak tau. Harus gimana, kak." Celetuk Fana, sesaat setelah berfikir.
Ayla lalu mengusap pundak Fana singkat. Dia tersenyum, serta mencoba menyemangatinya.
"Di toko kaka bukan lowongan kerja." Ayla berbicara sambil menatap Fana, lekat-lekat. "Tapi, ga berlaku buat anak sekolah. Fana," sambung Ayla, masih berfikir.
Fana tersenyum dan mengambil ranselnya. Bersiap-siap untuk pemberhentian bus, selanjutnya.
"Gapapa kak. Maaf jadi bikin repot, kaka." Keluh Fana, takut jika dia membebani Ayla.
Ayla memeluk Fana erat, mencoba memberikan semangat pada gadis itu. Fana pun membalasnya dengan senang hati. Keduanya, sudah sangat dekat sejak Fana berada di sekolah menengah pertama. Bagi Ayla, sosok Fana itu. Mengingatkannya, pada seseorang yang telah di sia-siakan olehnya, dulu.
"Fana." Panggil Ayla, sesaat setelah berpelukan. "Kaka yakin, kamu bisa." Ucapnya tersenyum, memberikan semangat.
Fana mengangguk mengerti. Dan berusaha memberikan yang terbaik.
Tuttt
Bus berhenti tepat di jalan gerbang sekolah Fana, buru-buru dia mengambil ranselnya. Lalu berpamitan pada Ayla, yang telah menjadi sosok kaka yang baik, baginya.
"Huh," lelah Fana, saat turun dari bus.
Fana melihat keadaan sekitarnya. Berusaha memulai hari ini dengan sesuatu yang baik, dia menarik nafasnya dalam-dalam. Menutup matanya, serta memper'erat pegangan pada ransel miliknya.
"Get ready for today." Semangatnya, mulai melangkahkan. Kedua kakinya, secara perlahan.
—— - -
"Fana!" Teriak Ify, tak seperti biasanya. Teriakannya kali ini, sangatlah nyaring terdengar.
Kemudian Fana menoleh pada Ify. Di ikuti lagi-lagi cengegesan tak jelas Ify, kepadanya. "Kenapa?" Respon Fana, bertanya balik.
"Lo. Sarka sama Fano, dipanggil Bu Chio!" Sahut Ify, masih mengatur nafasnya.
Fana menyerngitkan dahinya, heran. Lalu mulai beranjak pergi meninggalkan Ify, sendirian. "Fana ih! Mau kemana?" Protes Ify. Tak terima, ditinggal oleh Fana.
"Ke Bu Chio." Sahut Fana, santai.
Ify mendekat lalu mencekal pergelangan lengan Fana. "Terus. Fano sama Sarka, gimana?" Tanyanya lagi bertubi-tubi. Fana menoleh singkat, seraya mulai berjalan acuh. "Ya. Lo aja," jawab Fana, perlahan melangkah pergi.
"Ih Fana!"
Ify yang melihat kepergian Fana, hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Dan disaat hendak berbalik badan, tak disangka. Fano, manusia yang sedang dicarinya.
Sedang asyik berjalan didepannya. Tak mau melewatkan kesempatan, yang ada. Ify langsung menarik paksa baju Fano. Dan membawanya keluar kelas.
"Lo-" Ucap Ify terhenti, sebab nafasnya yang terengah nampak kelelahan. "Sama. Fana, disuruh ke kantor guru," belum sempat Ify melanjutkan. Fano mulai buka suara, "ngapain?" tanya Fano, melepaskan tarikan Ify, pada bajunya. "Di suruh kawin?" sambungnya.
"Mati aja lo!" Protes Ify, mendesis kesal.
Fano terkekeh pelan. Dia memasukan jemarinya ke dalam saku, lalu kembali menatap Ify lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana&Fano [HIATUS]
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU OKE?!] ~ Fano Angkasa Takdir mengharuskannya bertemu sosok Fana yang tak ia kenali selama ini, bukan hanya karena wajahnya yang cantik, juga bukan karena sosoknya yang membuat Fano kagum. Fano mencintainya, sangat...