"Gue aja yang nganter Fana!!"
Itu suara Fano yang menggelegar saat mendengar Fana yang sudah diperbolehkan pulang. Menghempas orang-orang yang ingin mengantar Fana, hanya karena Fano ingin mengantarnya.
Ify menggeleng lemah. "Gabisa dong, gw sebagai sahabat yang resmi lebih berhak daripada lo." Sahut Ify menantang
Fano berdecak pelan, lalu menerobos masuk kedalam ruang inap rumah sakit itu. "FANAAAAAAAAAA."
Fana menutup mata saat mendengar suara Fano yang mulai menguasai seluruh ruangan, bersamaan dengan datangnya Ify, Gevin, juga Sarka yang masuk dengan perlahan.
Fana menghela nafasnya gusar, lalu perlahan bangkit dengan menggendong sebuah ransel yang berisikan baju-baju miliknya. Dengan menggunakan setelan dress berwarna biru muda juga dibalut cardigan berwarna putih. Sukses membuat Fano juga Sarka menatap Fana dengan tatapan kagum.
"Ayo gw anter pulang Fan!"
"Ayo gw anter pulang Fan."
Fano dan Sarka menoleh bersamaan sehingga keduanya saling menatap satu sama lainnya dengan tatapan kesal. Ketika mereka mengajak Fana dengan suara dan perkataan yang keluar secara bersamaan, membuat Ify dan Gevin menahan tawa saat melihat interaksi keduanya yang sama-sama membuang muka.
"Sama gw aja."
"Sama gw aja."
Lagi
Fana tak mengubris pernyataan dari keduanya, dan memilih untuk mengambil tongkat terapi yang terletak tak jauh dari keberadaannya juga teman-temannya.
"Minggir." Sergahnya pada Fano dan Sarka, keduanya reflek sama-sama mengambil tongkat itu, mengakibatkan terjadinya sentuhan diantara tangan Sarka dan Fano yang saling berdekatan satu sama lainnya.
"Gw aja."
"Gw aja."
Terus
"Sarka!"
"Fano!"
"Pftttt—drama apa lagi ini yaampun," Gevin tertawa keras, memukul-mukul pundak Fano dan Sarka secara bertahap.
"Fano, gw mau tanya. Lo kesini naik apa?" Sela Gevin pada Fano, Fano sontak menopang dagunya memutuskan untuk berfikir sejenak.
"Motor." Sahut Fano tersenyum girang, Gevin membalasnya dengan anggukan singkat. Pandangan Gevin beralih pada Sarka yang tengah menatapnya dengan arti 'gw tau lo pasti mau nanya ke gw juga'
"Kalo lo?" Gevin bertanya dengan memajukan dagu miliknya. Sarka berdecak kesal, lalu mendekapkan kedua lengannya didepan dada. "Gw jalan kaki, kalian semua tau? Jarak rumah gw dari sini cuma beberapa meter." Jawab Sarka perlahan membenarkan posisi kacamatanya, yang mulai turun karena tiupan angin malam.
"Nah itu pada sadar." Celetuk Gevin, mendekati Fano dan Sarka, perlahan jemarinya terangkat keatas langit-langit rumah sakit, seraya merangkul Fano dan Sarka pada hitungan tiga detik.
"Apaan si lo partikel busuk planet Mars!" Sewot Fano menggoyang-goyangkan pundaknya agar pergelangan lengan Gevin terjatuh.
"Heh sadar! Lo tuh secuil debu buangan hutan amazon!"
"Ih sialan ya lo!" Fano hendak mencekek leher Gevin, tetapi usahanya gagal karena Ify yang sedari tadi diam, mulai berani bertindak.
"Heh. Jangan main cekek-cekek aja dong, kalo dia mati masa depan gw suram tauk." Pungkas Ify menatap Fano dengan matanya yang setajam pedang.
Fano hanya membuang nafasnya kasar, dengan menatap Gevin juga Sarka dengan tatapan tidak suka.
Gevin berdecak. "Yaampun peka dong! Kalo lo bawa motor buat nganterin Fana, tega lo bikin dia pulang-pulang meriang? Dan lo Sarka, bayangin kalo lo nganterin Fana. Lo mau kaki dia gempor gara-gara lo anterin pulang jalan kaki."
Fano dan Sarka sama-sama menoleh dengan tangan yang terkepal, keduanya memasang ekspresi seakan-akan ingin memakan Gevin sekarang juga.
"Diem lo Gevin!"
"Diem lo Gevin!"
Gevin menutup matanya, lalu menenangkan keduanya dengan tangan yang dimaju-majukan. "Tenang-tenang jangan emosi, ga baik bentar lagi bulan puasa."
"Lo duluan yang mancing dodol!" Protes Fano menunjuk Gevin.
Gevin mendelik. "Cielah pada protektive bener, dahal mah belum tentu juga Fana mau ama kalian berdua. Ya ga Fan," Gevin berkata dengan menoleh sekilas meminta pendapat Fana, Fana masih dengan ekspresi datarnya tak mengubris pertanyaan Gevin sedikitpun.
"Udah?" Tanya Fana pada mereka semua. Bibirnya mulai pucat, juga cara berbicaranya yang kian kelu. Membuat serentak orang yang mendengarnya hanya terdiam diri tak bisa berkata-kata.
"Gw udah minta jemput ko. Kalian gausah repot-repot, makasih." Terang Fana hendak memberitahu. Fano melotot heran, dengan menautkan kedua alisnya kebingungan. "Siapa?" Tanya Fano disela-sela perbincangan mereka.
"Kak Ayla." Jawab Fana kembali menunduk karena tubuhnya yang kian melemas, Fano manggut-manggut mengerti, seraya mendekati Fana membantunya mendapat posisi duduk senyaman mungkin.
Sedangkan Sarka memandang keduanya dengan ekspresi yang berbeda, entah kenapa saat mendengar pernyataan Fana tadi, perasaannya pun seketika menghadirkan bayangan seseorang yang mendadak terlintas kembali dibenaknya selama ini. Sarka menggeleng-gelengkan kepalanya reflek, juga menepuki kedua pipinya bergantian. Dia harus berfikir jenih, mana mungkin orang itu kembali.
"Sarka lo kenapa?" Tanya Fana membuat semuanya menoleh pada Sarka yang nampak sedang gelisah.
"Gapapa." Sahut Sarka berusaha sesantai mungkin. "Fana," panggil Sarka pelan. Fana mendonggakkan wajahnya keatas, beralih menatap Sarka yang juga tengah menatapnya. "Kenapa?"
"Ayla yang lo maksud, apa nama panjangnya Ayla Athella Narendra Putri?" Tanya Sarka mulai mengubah emosinya.
Fana mengangguk. "Iya, itu nama panjang Kak Ayla, dan eh—gimana lo bisa tau?"
Sarka mengumpat sendiri dalam hati, dia membenarkan posisi kacamatanya kembali, perlahan segera memakai tudung jaket miliknya hingga menutupi keseluruhan area wajah. "Gw duluan," pamit Sarka spontan membuat semua orang kebingungan, Fano dan Fana memanggil-manggilnya berulang kali, dan Sarka terpaksa menghiraukannya untuk kali ini, karena baginya jika ia terlambat pergi dari sini satu detik pun, hal yang tak terduga akan menimpanya.
"Sial!" Sarka mempercepat langkahnya, berusaha secepat mungkin keluar dari area rumah sakit ini. Langkahnya dipercepat namun terhenti ketika seorang wanita masuk kedalam rumah sakit itu. Sarka buru-buru membuang wajahnya ke asal arah, berusaha menghindarinya. Namun nihil, ternyata wanita yang dihindarinya malah menyadari keberadaannya.
"Loh Sarka?"
*
Bogor, 6 April 2020
@smaryani_
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana&Fano [HIATUS]
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU OKE?!] ~ Fano Angkasa Takdir mengharuskannya bertemu sosok Fana yang tak ia kenali selama ini, bukan hanya karena wajahnya yang cantik, juga bukan karena sosoknya yang membuat Fano kagum. Fano mencintainya, sangat...