Rumah Fano
Setelah sampai. Fano, Gevin, dan Sarka pergi ke toko untuk membeli cemilan. Sedangkan Fana dan Ify, sampai di rumah Fano terlebih dahulu.
Mereka semua sudah saling berkenalan dengan Mamah Fano. Tak terkecuali juga dengan Ify, sedari tadi dia sudah menguntit beliau. Dan selalu menawarkan bantuannya.
"Tante! Ada yang perlu dibantu nggak?" Tanya Ify, seraya melihat dapur yang nampak dipenuhi sayuran. Adel hanya mengangguk disertai senyumannya, "kamu bisa masak pangsit salmon?" Tanya Adel, pada Ify.
Ify mengangguk antusias dengan wajah yang berbinar. "Bisa tante!" Sahutnya santai.
Adel mengajarkan Ify cara memotong Ikan Salmon yang benar. Dan takaran bumbu yang dimasukan ke dalam, masakan ini. Berbeda dengan Ify. Fana nampak terlihat sedang sibuk, memotong dan membersihkan beberapa sayuran segar itu.
Adel tersenyum saat melihat Ify, dan sekarang dirinya mendekat pada Fana. Fana yang sedari tadi fokus pada pekerjaannya, wajahnya pun nampak sangat damai. Padahal beberapa poni rambutnya tergerai sembarangan, tetap saja tak mengganggu konsentrasi Fana saat ini.
"Eugh—eh maaf tante," celetuk Fana meminta maaf. Saat lengan Adel ditepis tak sengaja oleh Fana.
"Gapapa." Jawab Adel, memegang lengannya erat. "Kamu ada masalah nak?" Sambungnya mulai bertanya. Fana menggeleng cepat, kemudian tersenyum. Tak ingin, membuat orang lain curiga padanya. "Gak ada tante, tadi saya reflek aja." Pungkasnya, tersenyum kikuk.
Ify yang melihat interaksi keduanya. Mulai membuka suara. "Tante. Ify butuh bantuan," oceh Ify, seraya terkekeh pelan.
Fana menghela nafasnya dalam. "Gw ga biasa, sama sentuhan lembut seorang Ibu." Lirih Fana dalam hati, perlahan menundukan kepalanya. Berusaha menenangkan dirinya dari emosi.
—— - -
"Ini juga beli Fano!" Teriak Gevin, yang nampak sedang berdebat sengit dengan Fano. Fano melipat kedua tangannya di dada, kemudian menggeleng acuh. "Gak." Sahutnya, berniat meledek.
Gevin mendelik. "Awas lo! Gw laporin Bu Chio nih." Ancam Gevin, tersenyum miring. Fano memukul punggung Gevin reflek, seraya melihat wajahnya lekat-lekat. "Muka-muka watados ya kamu," Lanjutnya terkekeh.
Fano memukul pelan beberapa makanan yang tersusun rapih di rak toko tersebut. Dengan satu pukulannya, mampu membuat satu baris tempat itu kosong dalam sekejap.
Gevin melongo tak percaya. Lalu mencengkram kerah baju Fano secara tiba-tiba. "Lo!? Mau bikin gw miskin ya?" Teriak Gevin dengan mata yang melotot sempurna.
Fano mengigit lengan Gevin reflek. "Lo sendiri yang mau beli! Lo sendiri juga yang marah-marah," sahut Fano kembali mendorong troli belanja tersebut.
"Berisik kalian. Mending cepet belanjanya, kita udah terlalu lama disini." Kata Sarka yang berusaha menengahi. Gevin dan Fano seraya menoleh dengan serempak, keduanya menarik baju Sarka lalu membisikan sesuatu tepat di telinganya. "Menurut lo! Yang salah gw atau dia?" Bisik Fano, mengarahkan jemarinya pada Gevin yang tengah menatap mereka berdua.
Sarka menggeleng acuh, lalu melepaskan genggaman Fano pada bajunya. "Gw tunggu di luar! Kalian mau berantem lanjut aja, seterah." Lanjut Sarka, menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana&Fano [HIATUS]
Teen Fiction[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU OKE?!] ~ Fano Angkasa Takdir mengharuskannya bertemu sosok Fana yang tak ia kenali selama ini, bukan hanya karena wajahnya yang cantik, juga bukan karena sosoknya yang membuat Fano kagum. Fano mencintainya, sangat...