04

3K 516 136
                                    

Kalimat sindiran yang dilontarkan Jihoon pun percuma karena Jungkook tidak pernah sadar akan perasaan Jiyeon terhadapnya.

Maka, meski dilanda kesal pun Jihoon melanjutkan makan malamnya dengan tenang. Begitu juga Jiyeon yang terlihat ingin sekali menghindari tatapan mengejek Jihoon.

Adakalanya Jihoon ingin mencoret nama Jiyeon dari kartu keluarga. Sifat bebal sang kakak membuatnya kelimpungan sendiri. Seolah teramat senang menerima sakit tiap harinya. Dan Jungkook yang seakan menutup semua indera perasa, kebal akan betapa hangatnya Jiyeon kepadanya.

Segera Jihoon menyelesaikan makan malamnya dengan cepat. Atmosfir meja makan kali ini benar-benar aneh. Jiyeon tidak melayangkan protes ketika Jihoon meninggalkan meja makan lebih dulu. Ia tidak ingin Jihoon semakin kesal dan berujung dengan menguaknya pembahasan tentang Jungkook seperti tadi sore.

"Jihoon kenapa?" Jungkook tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi kendati ia berusaha untuk terlihat biasa saja menanggapi sikap Jihoon yang semakin hari semakin dingin terhadapnya.

Jiyeon menggeleng pelan. "Mungkin dia punya masalah dengan temannya," jawab Jiyeon asal. Karena tidak mungkin Jiyeon berkata jika penyebab sikap adiknya begitu dingin adalah Jungkook sendiri.

"Apa kalian bertengkar lagi?" tanyanya  karena kurang puas akan jawaban Jiyeon yang terkesan menyembunyikan sesuatu.

"Tidak, Jung. Aku juga tidak tahu kenapa Jihoon bersikap seperti itu."

Tidak ada lagi pembahasan setelahnya. Jungkook bersikeras ingin mencuci piring dan menyuruh Jiyeon beristirahat lantaran gadis itu masih terlihat pucat.





••





Suasana hati Jiyeon mulai membaik kala bangun di pagi hari disambut Jungkook yang sudah menanti sembari menonton televisi. Duduk di atas sofa dengan pakaian kasual yang biasa ia kenakan untuk ke kampus.

"Sudah bangun?" tanyanya menyadari Jiyeon yang baru saja keluar dari kamar hanya mengenakan training pendek dan crop top bertali kecil. Surai cokelat yang berantakan dengan mata tajam yang masih mengantuk. "Segera mandi, Ji, setengah jam lagi kelasmu dimulai."

Mendengar penuturan Jungkook pun Jiyeon tersentak kaget. Jadwal kuliah paginya sekarang dengan dosen yang teramat disiplin akan waktu. Terlambat satu menit saja bisa dipastikan nilai Jiyeon yang akan jadi taruhannya meski Jiyeon sering kali diminta untuk menjadi asistennya.

Segera Jiyeon berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap menuju kampus bersama Jungkook hari ini.

"Huft. Masih ada tiga menit lagi," ucap Jiyeon sedikit lega lantaran kakinya kini sudah menginjak halaman kampus.

Setibanya tadi, Jungkook langsung bergegas menuju mobil Eunha yang terparkir tak jauh dari mobilnya. Perempuan itu baru saja keluar dari mobil dan langsung menyapa Jungkook, menyuruh pemuda itu untuk mendekat padanya.

Jiyeon menghela napas dan membuang pandangannya. Sebisa mungkin mengabaikan pemandangan yang lagi-lagi menoreh luka pada hati yang terlanjur berdarah.

Seketika Jiyeon langsung menoleh saat tasnya dirampas dan disampirkan  pada bahu Taehyung. Lengannya yang bebas langsung merangkul pundak Jiyeon dan menggiring gadis itu menuju kelas mereka.

"Sudah lebih baik?" Taehyung membuka suara saat kaki mereka sama-sama berpijak pada koridor.

"Hem," gumamnya membiarkan lengan Taehyung di bahunya. Pagi yang ia pikir akan lebih baik ternyata menjadi buruk setelah menginjakan kaki di kampus ini.

Abyss✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang