06

2.7K 509 143
                                    

Taehyung tidak pernah menghitung waktu kala bersama dengan presensi Jiyeon. Gadis dingin yang entah sejak kapan membelenggu dirinya sendiri dalam hati Taehyung. Perasaan berdebar dan ingin melindungi yang Taehyung artikan sebagai rasa cinta. Bahkan ketika dia tahu kalau Jiyeon begitu mencintai Jungkook pun Taehyung tidak pernah memaksa perasaannya pada Jiyeon.

Bisa dekat dan menjaga Jiyeon sudah lebih dari cukup untuknya. Kendati baru pertama kali merasakan cinta seperti ini, Taehyung selalu sabar menghadapi Jiyeon meski gadis itu kerap kali berlaku kasar dan terang-terangan tidak menginginkan kehadirannya.

Taehyung tidak mengharapkan apapun sebagai balasan. Dia hanya terlanjur menyukai memberi tanpa berharap lebih. Dan tidak bisa ditampik jika Taehyung sempat berpikir kalau Jiyeon bisa membalas perasaannya walaupun memakan waktu yang begitu lama. Taehyung akan terus menunggu. Hingga perasaannya mulai memudar untuk Jiyeon. Dan Taehyung meragukan itu, bagaimana bisa perasaannya berkurang jika setiap menitnya selalu bertambah hanya untuk satu gadis yang selalu menolaknya—Park Jiyeon.

Tangan besarnya menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutupi wajah sembab Jiyeon yang tengah tertidur. Mengusap pipi hingga turun ke dagu gadis itu. Hidung Jiyeon sedikit memerah akibat menangis terlalu lama. Dalam tidur pun gadis itu masih sesegukan dengan buliran air mata yang mencari jalan keluar disela sudut matanya. Dan ibu jari Taehyung dengan setia menghapusnya.

"Sudah sedari tadi, kak Tae?"

Suara Jihoon menghentikan pergerakan tangan Taehyung di wajah Jiyeon.

Pria itu memperbaiki selimut hingga menutupi tubuh Jiyeon hingga sebatas dada. Dan berdiri mengalihkan tatapannya dari Jiyeon yang terbaring sofa.

"Baru pulang?" tanyanya yang kini menatap Jihoon melepaskan sepatu dan meletakkannya pada rak di dekat pintu.

Jihoon mengangguk dan mengulas senyum. Dia sangat menyukai Taehyung dari pada Jungkook yang telah lama mengenalnya. Ia bisa merasakan jika Taehyung sangat menyayangi Jiyeon. Meskipun tidak banyak bicara, Jihoon bisa melihatnya dari tindakan pria yang selalu ditolak kakaknya yang keras kepala.

"Kak Taehyung kapan datang?" tanyanya berjalan mendekati Jiyeon.

Taehyung melirik arloji pada pergelangan tangannya sebentar. "Sudah dua jam," jawabnya tersenyum.

"Dua jam memandangi wajah jelek Jiyeon seperti itu?" Goda Jihoon menaikan sebelah alisnya.

Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Emm, kau sudah makan? Aku tadi memasak sedikit untuk Jiyeon. Tapi, aku tidak tega membangunkannya. Makanlah. Nanti jika Jiyeon bangun, kau bisa panaskan lagi supnya."

"Makasih, kak. Jiyeon terlalu banyak merepotkanmu."

Taehyung terkekeh menanggapi. "Tidak masalah. Mungkin nanti dia akan sedikit pusing saat bangun. Ada vitamin yang aku simpan di dekat televisi. Dia bisa meminumnya setelah menghabiskan supnya."

"Wah, ingin sekali aku memukul kepala Jiyeon untuk menyadarkan jika pria di dunia bukan hanya Jungkook," sahut Jihoon jujur. Jika dia seorang gadis pasti akan langsung jatuh cinta pada sosok pria seperti Taehyung.

"Jangan, Boy. Dia baru saja menangis hebat. Jaga Jiyeon untukku. Aku  pulang dulu." Pamitnya dan beranjak menuju pintu.

"Tidak menunggu Jiyeon bangun dulu?" Jihoon ikut mengantar Taehyung ke depan pintu.

"Dia kelelahan, aku bisa menemuinya lagi besok," ucapnya dan menepuk bahu Jihoon pelan sebelum pergi dari apartemen Jiyeon.





••





Cara kerja kalimat Taehyung yang tertanam begitu apik dalam ingatan Jiyeon pun terlaksanakan dengan apa adanya. Jungkook dan Jiyeon semakin asing dan gadis itu mulai menerima kehadiran Taehyung.

Abyss✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang