"Kau tahu aku tidak menyukainya! Tapi kenapa kau masih berhubungan dengannya?!" Pekik Eunha setelah membuat kacau keadaan apartemen Jungkook dengan melempar semua belanjaan yang akan dimasaknya. Bahkan makan malam yang dimasak oleh Jiyeon pun tidak luput dari amarahnya. Semua menjadi tumpukan sampah di atas lantai kayu mengkilap apartemen.
"Aku benci dia! Aku benci Jiyeon! Aku tidak mau kau menerima apapun dari dia lagi Jungkook!!" Marahnya tidak ditanggapi oleh Jungkook. Pria itu memilih diam dari pada ikut berteriak di depan Eunha. membiarkan wanita itu melampiaskan amarahnya.
"Jungkook! Jawab aku!" Makinya lagi lantaran kesal melihat Jungkook tidak menyahuti.
"Keluarlah, aku malas berdebat denganmu," ucapnya dingin.
Mulut Eunha terbuka mendapati dirinya diusir oleh kekasihnya sendiri. Baginya Jungkook benar-benar berubah drastis. Eunha tidak mengerti Jungkook yang kini di hadapannya. Terlalu dingin dan tidak mau menuruti apapun kemauannya lagi.
Ingin sekali rasanya Eunha kembali memaki dan melampiaskan amarahnya. Tapi, Jungkook terlebih dahulu berjalan masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan Eunha saat ini.
Melihat batasan yang diperjelas Jungkook, Eunha keluar dari apartemen kekasihnya dengan amarah yang membuncah. Entah apa yang membuat Jungkook berani bersikap dingin seperti itu padanya.
Keesokan paginya, Jungkook membersihkan semua kekacauan yang dibuat Eunha tadi malam.
Semakin hari semakin hilang, Jungkook benar-benar merasa teramat kosong. Ia tidak peduli lagi pada sekitar bahkan rengekan Eunha bukanlah sesuatu yang penting lagi baginya. Seolah Jungkook yang beberapa bulan lalu telah mati. Hari-harinya tidak pernah semengerikan ini sebelumnya.
Setelah membersihkan apartemennya. Jungkook bersiap menuju tempat kuliahnya.
••
"Morning!"
Jiyeon cukup terkejut mendapati Taehyung sudah berdiri di depan pintu dengan senyum kotaknya. Matanya cerah penuh cinta seperti biasanya. Menyapa Jiyeon saat gadis itu baru saja membuka pintu apartemennya.
"Kau mengangetkanku, Kim. Bagaimana kalau aku tidak sengaja me—"
Cup
Dan untuk kedua kalinya gadis itu terkejut dengan serangan tiba-tiba Taehyung. Pria itu menghentikan kalimat protes Jiyeon menggunakan bibirnya sendiri.
Taehyung terkekeh saat kembali menjauhkan wajahnya, raut wajah Jiyeon yang terkejut begitu menggemaskan di matanya.
"Sudah lama tidak mendengar nada ketusmu, Baby," ucapnya mengusak ujung kepala Jiyeon.
Jiyeon memukul pelan perut kekasihnya, sedikit kesal juga kalau digoda bertubi-tubi seperti tadi. Dan Jiyeon selalu tidak bisa membalas prianya. Jiyeon bukanlah gadis yang bisa melemparkan candaan seperti itu.
Taehyung memberi warna baru dalam hidupnya, dan Jiyeon membiarkan pria itu melakukannya.
"Sudah siap,'kan? Kita tidak boleh terlambat, Baby. Hari ini kelas dosen yang paling kau benci," tutur Taehyung yang dibalas dengan malas dari Jiyeon. Dosen killer yang paling dihindari hampir semua mahasiswa karena mulut kasar dan bertindak semaunya. Tapi sifat itu tidak berlaku untuk Taehyung. Entahlah, dibalik Taehyung yang memang jenius, Jiyeon rasa dosen itu juga menyukai Taehyung. Karena sangat tidak masuk akal jika hanya Taehyung yang dapat perlakuan istimewa diantara banyaknya mahasiswa lain yang pintar, termasuk Jiyeon sendiri.