"Kak," sapa Taehyung yang baru saja membuka sebuah pintu bewarna cokelat tua.
"Hai, Tae. Kupikir kau terlalu sibuk hingga tidak sempat mengunjungiku," sambut pria tinggi dengan senyuman manis yang kini memberi tepukan kecil pada lengan atas Taehyung.
"Kau berlebihan, Kak, aku sering mengunjungimu," balas Taehyung.
Pria yang lebih tua terkekeh dan pandangannya beralih pada Jiyeon. "Siapa gadis cantik ini?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Ah, kenalkan ini Jiyeon. Temanku," ucapnya memperkenalkan Jiyeon pada kakak laki-lakinya. Sebenarnya Taehyung ragu, akan memperkenalkan Jiyeon seperti apa pada kakaknya. Tapi, untuk saat ini dirasa lebih aman mengenalkan Jiyeon sebagai teman lantaran kata kekasih masih belum jelas diantara mereka. Taehyung masih belum bisa memastikan jika di hati Jiyeon masih ada Jungkook atau sudah perlahan mulai menghilang.
"Oh~ jadi ini Jiyeon? Gadis yang sering kali kau ceritakan padaku?" Godanya yang terkekeh melihat wajah Taehyung mulai bersemu.
"Kak!" Taehyung memperingati, ia tidak mau kakaknya membongkar apa saja yang ia ceritakan tentang Jiyeon. Itu akan sangat memalukan.
Seokjin kembali tertawa dan mengulurkan tangannya di hadapan Jiyeon.
"Kim Seokjin."
Jiyeon menyambut uluran tangan Seokjin dengan ramah. "Park Jiyeon," balasannya dengan tersenyum.
"Kupikir Taehyung terlalu mengada-ada saat dia bilang kalau Jiyeon itu cantik seperti bukan di dunia nyata. Tapi setelah bertemu langsung, aku menarik lagi ucapanku. Kau benar-benar cantik, sangat sulit sekali menemukan gadis cantik sepertimu."
Kalimat Seokjin membuat rasa panas merambat di wajah Jiyeon. Belum ada pria yang memujinya seperti itu selama ini. Tapi, ia berpikir jika Seokjin terlalu berlebihan dan sengaja seperti itu untuk pertemuan pertama mereka.
"Aku serius," lanjutnya dengan tersenyum manis.
"Seokjin."
Suara wanita membuat tiga orang itu menoleh ke arah belakang Seokjin. Lebih tepatnya pada pintu kamar mandi yang baru saja terbuka dan menampilkan sosok Eunha berdiri di sana.
Jiyeon menautkan alisnya bingung dengan hadirnya Eunha di galery milik Seokjin. Terlebih sepertinya Eunha tampak terbiasa datang ke sini.
"Kenapa kak Eunha ada di sini?" tanya Taehyung pada Seokjin yang kembali menatapnya setelah melirik Eunha sekilas.
"Dia-"
"Aku hanya mengunjungi galery Seokjin Sebentar. Hanya ingin melihat-lihat," potong Eunha sebelum Seokjin sempat meneruskan kalimatnya.
Jiyeon melirik Seokjin yang hanya tersenyum tipis tapi penuh makna. Ia sulit mengartikan lantaran ini baru awal pertemuan mereka.
"Mau mencoba memainkan jari indahmu di atas kanvas?" tanya Seokjin memecah kecanggungan diantara mereka. Terlebih Eunha yang kelihatan tegang dan gelisah.
"Aku tidak bisa melukis," sahut Jiyeon sedikit malu. Ia menyukai seni lukis tapi sama sekali tidak ahli di bidang itu.
Seokjin tergelak dengan refleks tangan yang mengusap puncak kepala Jiyeon. Gadis itu tersadar akan tatapan Eunha padanya. Mata besar wanita berpipi chuby itu menatap tak suka. Persis ketika ia melihat Jiyeon dan Jungkook yang begitu dekat dulu.
"Taehyung juga tidak bisa melukis sama sekali. Akan menyenangkan jika kau mencobanya." Seokjin merangkul Jiyeon untuk duduk pada kursi kayu dengan sebuah kanvas polos di hadapannya.
Taehyung tersenyum senang melihat Seokjin yang begitu hangat menyambut Jiyeon. Padahal ia sempat ragu dengan Jiyeon yang memiliki masalah dengan sosialisasi. Tapi, untung saja Seokjin bisa menempatkan dirinya sebagai orang yang baru mengenal dan langsung bisa akrab.