Warning! ⚠️⚠️
Tahun baru harusnya lebih baik dari tahun kemarin, tetapi tidak bagi Avel. Baik tahun baru atau lama baginya sama saja suram.
Avel selalu ingat kata-kata eomma saat Avel hendak kabur
"Kalau kamu mau mati, mati saja sekalian! Jangan pernah kembali lagi kesini!"
Sakit? Sungguh lah sangat sakit bahkan lebih sakit dari tusukan pedang.
Sampai sekarang pun, kata-kata itu masih terngiang-ngiang melulu.
Hari senin tepatnya hari pertama masuk sekolah kembali semuanya pada semangat dan Avel nampak biasa saja, tidak ada yang berubah.
"Vel, kemana saja! Kamu ngilang di kost!?" tanya Naufal
Avel tidak menjawab pertanyaan Naufal karena sebelum tahun baru Avel menginap di UGD.
"Dih kepo, aku kan lembur di Cafe jadi yaa aku nginep di Cafe!" jawab Avel ngarang
Naufal melihat Avel sambil memegang pipi Avel.
"Vel? Mukamu kok agak pucat dan tirus?"
Avel langsung memalingkan wajahnya.
"Teu kunanaon Naufal!" (gak apa-apa)
"Kalau pusing bilang saja ke aku!" ucap Naufal lalu pergi ke bangkunya
Omong-omong, Kemana si tiang berjalan? Tumben gak di sekolah?
"Naufal! Kemana si Lintang?"
"Oh, dia izin hari ini. Katanya sih mau mengunjungi panti asuhan gitu Vel." jawab Naufal Avel ber-oh saja.
Pagi telah berganti menjadi sore. Semua murid pulang dengan sangat riang.
"Avel? Masih betah disini?" tanya Chelsea
"E! engga kok! Duluan saja kalau mau pulang, Chel." ucap Avel
Saat dia berjalan menuju gerbang sekolah, dia melihat seorang wanita dan remaja yang sedang berantem. Lalu si wanita itu bilang
"Kalau kamu mau mati, mati saja sekalian! Jangan pernah kembali lagi kesini!"
Avel jadi terkejut dengan omongan barusan. Avel blank sungguh, baru kemarin dia keluar dari UGD dan kepikiran kembali..
Saat sampai di kostan, Avel bercermin dan memang dirinya sudah sangat pucat dan kurus mungkin efek jarang jaga kesehatan.
Avel mengambil sesuatu dari meja belajarnya.
Cutter.
Itulah yang Avel bawakan. Tentu saja untuk hal yang sangat tidak boleh dilakukan oleh semua umat manusia, cutting.
Avel mulai sayat ke tangan kirinya.
Nyeri tapi itu sebanding dengan kehidupannya saat ini.
Hap!
Sebuah tangan yang memberhentikan kegiatan selfharm dan itu Bagas. Dia yang menahan dan mengambil cutter lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Apa kau tidak tega sama diri sendiri hah?!"
"Tidak, aku selalu terngiang-ngiang kata eomma yang nyuruh aku mati! Apa tega seorang ibu yang nyuruh mati kepada anaknya!?"
Bagas langsung memeluk Avel dan Bagas menangis.
"Apa mamamu sejahat itu? Teganya.."
Avel masih memangis, kemudian Bagas menangkap pipinya yang basah karena air mata.
"Kumohon, jangan seperti ini! Kamu lah permata satu-satunya, adik kesayangan aku satu-satunya."
Avel mulai merasakan pening dan penglihatan menjadi buram lalu pingsan.
"Astaga! AVEL!!!"
Bagas membawanya ke ruang tamu dan menidurkan nya di karpet. Dengan kecepatannya Bagas mengobati luka goresan yang ada di tangan kirinya.
"Gak nyangka ya, mamamu jadi jahat begini.."
Beberapa jam kemudian Avel terbangun dari pingsannya.
"Eung.. Hyung? Kok masih disini?"
"Lagi ngobatin kamu."
Avel terdiam dan menunduk
"Hyung... Gomawoyo udah peduli.."
"Itu sudah kewajiban hyung kok, gwenchana~"
ㅤ Avel tersenyum dan merasa lega sekarang...
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ–––––––––––––ㅤ
–;14 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Avel
Teen FictionSeorang pemuda bernama Avel Valerian Radeya. Memiliki tubuh putih mulus, berkepala kecil, yang dulu tinggal di Seoul itu sekarang sendirian di negara yang penuh pulau yaitu Indonesia. Tepatnya di kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Tujuannya ingin hidup...