PLOLOG

1.4K 147 23
                                    

"Sialan!"

Cewek berbalut jas dokter itu mengumpat. Menutup keras pintu mobil lalu menendang pelan roda mobilnya. Ia sadar kalau terlalu bertenaga ujung-ujungnya kakinya juga yang akan sakit.

Berjalan menjauhi mobilnya menuju danau yang agak sepi karna matahari hampir tenggelam, Shin Ryujin---cewek itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku jas dokternya. Dengan raut wajah jutek bukan main menggambarkan betapa buruknya hari ini. Tidak, hidupnya memang akan selalu buruk.

Mengamati hamparan air didepannya dengan pandangan menerawang dengan bibir mencebik, merasa pegal berdiri terus, Ryujin melirik kanan-kirinya mencari kursi yang seharusnya disediakan.

Sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri, Ryujin mendapati ada kursi panjang di sana. Tapi ada seseorang yang duduk dengan penampilan yang sedikit mencurigakan.

Ryujin sendiri tidak ambil pusing. Langsung berjalan mendekat kesana untuk duduk. Masa bodo! Memangnya sejak kapan nyawanya ia anggap berharga? Pasiennya memang ia selamatkan, namun dokter muda cantik itu dalam hati menantikan ajalnya sendiri.

Setelah sampai di sisi kanan kursi yang diduduki cowok dengan hoodie dan topi hitamnya itu, mata Ryujin menyipit. Matanya sehat tentu saja. Ryujin hanya ingin memastikan. Karna saat cowok itu meluruskan pandangannya yang sebelumnya menunduk, Ryujin mendapati luka yang masih mengeluarkan darah dipelipis, sudut bibir, dan telapak tangan kanan yang cowok itu kepal. Ohh, rahang cowok itu juga jelas memar kebiruan.

"Lo mau gue bantu?" Tanya Ryujin santai, walaupun dengan jas dokternya yang masih terpasang, dirinya kali ini enggan dikenal sebagai seorang dokter.

Cowok itu menatap Ryujin tanpa ekpresi, lalu menggeleng.

Ryujin menghela nafas pelan, lalu membalikkan badan dan menjauh dari sana. Cowok itu tentu memperhatikan dengan pandangan tidak mengerti. Namun malas untuk beranjak pergi.

Sepuluh menit, Ryujin kembali dengan plastik putih ditangan kanannya dan tangan kiri yang teronggok setia didalam saku jas nya. Langsung duduk disebelah kanan cowok itu yang memang duduk dipinggir kiri dari awal.

"Biar gue obatin luka lo." Ujar Ryujin lalu mengeluarkan kotak P3K. Lantas mencari beberapa bahan yang dibutuhkan.

"Gue gak berniat berobat."

Ryujin langsung berdecak, sementara cowok yang mukanya agak tertutupi topi itu masih setia dengan tatapannya ke hamparan air danau didepan sana.

"Gue bukan mau ngobatin lo sebagai dokter. Cuman mau bantu orang bonyok yang nggak sengaja gue liat."

"Gue baru tau ada dokter yang ngomong sekasar ini." Cowok itu terdengar bergumam.

Ryujin yang tentu mendengar kembali berdecak sengaja dikeraskan. Lalu menghadapkan tubuhnya ke cowok itu yang sudah menatapnya dingin dengan tampang Ryujin yang tidak kalah juteknya.

Terkesan tak sopan, tapi kini Ryujin sedang tidak peduli. Langsung meraih tangan tangan cowok itu yang berdarah lalu menyiramnya dengan air mineral yang dibawanya di kantung plastik tadi.

"Shhss!"

"Sorry, gue tau ini nggak sopan. Tapi niat gue cuman ngebantu. Gue harap lo menghargai usaha gue." Ujar Ryujin melembut. Membersihkan telapak tangan cowok itu yang sudah disiram air lalu di bersihkan terlebih dahulu dengan kapas lalu diperban.

Selesai dengan tangan kanan cowok itu yang sudah diperban rapih, Ryujin beralih memandang wajah cowok itu.

"Bisa buka topinya? Pelipis lo juga perlu diobatin."

Terkesan aneh pada dirinya sendiri yang tiba-tiba menurut membuka topinya. Cowok itu berusaha tidak menatap wajah dokter cantik didepannya ini.

"Selesai." Guman Ryujin lalu merapihkan kotak P3K nya.

Cowok itu mengulum bibir dan memandang Ryujin beberapa detik yang masih sibuk dengan kotak P3K dipangkuannya.

"Makasih." Gumamnya yang langsung Ryujin lirik.

Cowok itu memasang kembali topinya sambil berdiri.

"Kalo lo mahasiswa kedokteran yang lagi uji coba, cantumin aja nama Hwang Hyunjin sebagai pasien sukarela lo."

Lalu cowok itu berlalu pergi dengan langkah cepat yang Ryujin pandang dengan kening berkerut.

***

TBC


Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang