8th

516 85 12
                                    

Pukul 07.00 pagi, Ryujin sudah rapih dengan pakaiannya begitu pula jas putihnya yang ia tenteng disiku. Kini, cewek itu sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk menjenguk Papahnya terlebih dahulu.

Begitu membuka pintu dan masuk kedalamnya, langkah Ryujin tidak secepat sebelumnya. Tatapannya pun terkesan bingung melihat kehadiran Jeno dengan raut serius begitupula kedua orang tuanya.

"Kamu nggak kerja?" Tanya Shin Hyena, begitu Ryujin berdiri disebelahnya.

"Iya, ini aku sempetin mau jenguk Papah dulu."

"Papah kamu nggak papa, cuman kena luka tembak dibahu." Ryujin menganggukkan kepalanya pelan sambil memperhatikan bahu Papahnya yang diperban.

"Kalo gitu aku langsung ke rumah sakit aja kalo ayah udah nggak papa." Pamit Ryujin akhirnya, bingung juga harus bicara apalagi dengan kedua orang tuanya.

"Gue anter aja."

"Tante titip Ryujin ya Jeno." Belum sempat membalas, Hyena sudah terlebih dulu mengiyakan ajakan Jeno secara tidak langsung. Ryujin menghela nafas sepelan mungkin. Kemudian berbalik untuk keluar dari ruangan Papahnya yang diikuti Jeno.

Jeno yang tertinggal dibelakang sampai sedikit berlari mengimbangi langkah Ryujin. Melirik-lirik Ryujin beberapa kali terlihat ingin membuka suara, namun mulut Jeno kembali mengatup lantaran bingung sendiri.

***

"Makasih." Baru saja mobil dihentikan, Ryujin dengan cepat membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Berbeda dengan kesan pertama Jeno menilai Ryujin yang lemah lembut, kini cewek itu terlihat judes dengan raut tanpa ekspresinya.

Jeno dengan cepat kembali menyusul Ryujin yang keluar duluan.

"Lo udah ada jadwal? Gak mau nemenin gue sarapan dulu?" Tanya Jeno sembari mengimbangi langkah cepat Ryujin.

"Gak bisa, gue udah ada jadwal operasi."Ryujin melihat jam tangannya sambil berhenti sejenak hanya untuk menjawab pertanyaan Jeno, dengan sedikit penekanan bahwa dirinya tidak ingin lagi diikuti.

"O...oke. Tapi nanti gue bisa jemput lo?"

"Terserah." Jawab Ryujin acuh lalu memasuki gedung rumah sakit.

Dirinya harus menyiapkan diri.

***

Menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, hal yang selalu terjadi berulang-ulang, kini Ryujin sedang menetralkan dirinya sendiri. Ia kini sedang menyenderkan punggung dibalik pintu ruang kerjanya dengan lutut yang diluruskan, tangannya masih bergetar, dan badannya begitu lemas.

Sudah 20 menit Ryujin tetap dalam posisinya, karna kini sudah memasuki jam makan siang, tidak ada perawat yang menghampiri ke ruangannya.

Memejamkan beberapa detik matanya lalu berusaha berdiri meski masih lemas, setelah meminum air putih dari botol air mineral yang kini selalu menjadi persediaannya, Ryujin kemudian duduk dikursinya lalu mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja.

Sedari tadi benda itu terus saja berbunyi, dan terpampang nomor tidak dikenal yang sudah meneleponnya berulang-ulang.

"Halo?"

"Lo udah makan siang?"

"Jeno?" Ryujin mengernyitkan dahinya, lalu menjauhkan sedikit ponselnya untuk melihat nomor yang ternyata milik Jeno.

"Iya ini gue."

"Lo ngapain nelpon gue?"

"Kan tadi gue udah nanya, lo udah makan siang? Kalo belum, makan siang bareng gue."

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang