1st

879 140 23
                                    

Seminggu sejak terakhir kali ia datang ke taman ini, Ryujin kembali dengan segala penyesalan akan kehidupannya.

Kembali duduk dikursi yang minggu lalu ia duduki dan seolah olah datang menawarkan bantuan bak pahlawan kesiangan. Begitu duduk sambil memasukkan tangannya kedalam saku, Ryujin memejamkan matanya sambil mendongak. Menolak cairan dari matanya untuk mengalir, walaupun percuma karna tanpa sadar pipinya sudah basah.

Daya ingat Ryujin kuat, dan tangannya yang terkepal didalam saku jas dokternya perlahan bergetar.

Dirinya selalu lemas ketika melihat darah, dirinya akan meraung takut ketika melihat darah. Namun profesi yang sangat dibencinya ini, lagi-lagi menyiksanya.

Ryujin menahan ketakutannya setengah mati, menyelamatkan nyawa seseorang di ruang operasi, tanpa seorang pun tau dirinya juga ikut berjuang.

Kurang profesional apa dirinya? Kurang berjuang apa Shin Ryujin terhadap profesinya ini? Bolehkan dirinya menertawakan dirinya sendiri kali ini?

Merasa kursi yang didudukinya menambah beban, Ryujin reflek membuka kelopak matanya lalu menoleh.

Cowok yang waktu itu ia obati, kini duduk disebelahnya tanpa ekpresi. Lagi-lagi dengan pakaian serba hitam dan topi. Bedanya kali ini cowok itu menggenakan kaos hitam lalu dilapisi jaket hitam.

Sama-sama berdiam diri dengan Ryujin yang terang-terangan memandang Hyunjin yang menatap lurus kedepan, akhirnya Ryujin bersuara duluan.

"Lo bonyok lagi?"

Hyunjin menoleh, kali ini dengan senyun tipis tanpa balasan, yang membuat Ryujin tersentak melihat itu.

"Makanan sehari-hari, mungkin?"

"Lo doyan berantem ya?"

Hyunjin mengedikkan bahunya, yang dibalas Ryujin dengan decakan malas.

"Gue baru nemu, dokter judes yang hobinya ngedecak kayak lo." Gumam Hyunjin santai. Ryujin langsung menampilkan raut tak suka.

"Sebelumnya, asal lo tau ya? Gue itu emang udah bener-bener jadi dokter. Bukan calon dokter lagi!" Jelas Ryujin menegaskan.

Kali ini Hyunjin menatapnya terkejut. Yang disahut Ryujin dengan dirinya yang hendak berdiri.

"Lo mau kemana?" Tanya Hyunjin menahan. Membuat Ryujin kembali membalikkan badannya menghadap Hyunjin.

"Mau cari obat buat ngobatin cowok yang lagi-lagi bonyok!" Sahut Ryujin ketus.

Tanpa diduga, Hyunjin kali ini terkekeh pelan hingga menyipit membuat Ryujin kembali terpaku beberapa detik, lalu buru-buru menyadarkan dirinya sendiri.

"Gak usah."

"Kenapa?! Mau bilang gak butuh?!"

"Bukan, gue bawa ini." Hyunjin menunjukkan plastik putih yang entah sejak kapan berada disampingnya. Ryujin yang sudah berdiri mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kali ini gue yang minta tolong, dokter...Shin Ryujin?" Sambil memiringkan kepala, Hyunjin membaca name tag Ryujin di jas dokternya.

***

Tbc

Pengen nanya dong...
Kalian lebih suka chapternya pendek atau panjang?

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang