4th

685 113 7
                                    

Menutup pintu perlahan lalu menguncinya, Ryujin lantas membalikkan badannya yang sebelumnya menghadap pintu.

Pandangannya saat ini kosong. Seketika kedua lututnya lemas, dan akhirnya Ryujin terjatuh didepan pintu ruangannya sendiri lantaran kakinya sudah tidak kuat untuk sekedar menopang beban tubuhnya.

Kepala Ryujin menunduk hingga rambut sebahunya perlahan berjatuhan menutupi wajah. Pupil matanya dalam tundukan terus bergetar tidak tenang. Dalam tundukkannya, Ryujin memandangi kedua tangannya yang saat ini kelewat lemas hingga bergetar hebat.

Merasa sudah tidak kuat menahan, Ryujin akhirnya terisak tanpa suara. Ia saat ini ketakutan, sungguh.

Hanya detikkan jam di ruangannya yang saat ini mendominasi. Sekuat tenaga Ryujin terus menahan isakannya agar tidak sampai meraung histeris. CCTV sialan disudut ruangannyalah yang menjadi alasan.

Kehidupan yang memuakkan bukan?

"Sialan! Sialan! Sialan! Kalian bunuh gua aja sekalian! Kalian pikir yang kalian banggakan bikin gue bahagia?! Engga!"

Hanya batinnya yang bisa memprotes segala bebannya. Bibir Ryujin tidak akan berani sekasar itu menghakimi kedua orang tuanya.

Masih muda, berbakat, dikenal banyak pihak rumah sakit, hingga rumah sakit besar yang kini menjadi tempatnya mengabdi, ditempat inilah dirinya terlihat lemah. Ini semua terpaksa, dan hanyalah paksaan. Baru jam 6 pagi dan ditelepon pihak rumah sakit untuk menjalankan operasi? Kenapa dari sekian banyak dokter yang lebih berpengalaman harus Ryujin yang diandalkan?!

Matanya masih mengalirkan cairan. Dadanya sampai sesak. Ryujin membenci kehidupannya, sungguh.

"Kalian bunuh gue aja sekalian!"

"Berhenti untuk terus-terusan nyiksa gue!" Gumam Ryujin pelan namun penuh penekanan.

"Siksa fisik gue aja sekalian! Daripada kalian memaksakan tubuh gue yang sebenernya gak mampu!"

"Gue gak butuh...! Hiks"

"...Gue gak butuh pujian, gak butuh dibangga-banggakan hiks, kalo akhirnya batin gue terus disiksa kayak gini."

"Hhahaha...hiks...hhahahahah...hiks...hiks."

Terdengar seperti orang gila. Tapi menangis dicampur tertawa seperti ini hanyalah alibi yang sengaja Ryujin lakukan. Sebelum tubuhnya tiba tiba limbung kedepan dan hilang kesadaran. Berharap saja semoga penjaga CCTV lengah karna diserang kantuk di cuaca pagi yang masih sepi dirumah sakit ini.

***

Hyunjin berjalan dengan langkah cepat menyusuri koridor rumah sakit. Mata tajamnya bergerak awas agar tidak ada yang mencurigainya. Setelan pakaian serba hitam dan topi yang hampir menutupi matanya yang kini cowok itu kenakan. Meski begitu, sepertinya sama sekali tidak ada yang curiga dengannya karna kelihatannya orang-orang di rumah sakit ini sibuk dengan urusannya masing-masing.

Clekk

Hyunjin menahan langkahnya didepan pintu ruang rawat yang barusan ia buka. Seketika tatapan matanya bertambah tajam hingga pegangan tangannya pada knop pintu menguat.

Sementara punggung lelaki yang ditatapnya lamat kemudian bergerak menyadari kedatangannya. Lalu menoleh dengan raut santai menatapnya sambil menaikkan sudut bibir.

"Sialan!"

Secepat kilat Hyunjin langsung berjalan cepat dengan pintu yang didorong kasar untuk tertutup. Lalu langsung meraup kasar kerah baju sosok yang berlaga bak pahlawan kesiangan hingga cowok itu berdiri disertai suara gedebuk yang berasal dari punggungnya lantaran dibenturkan ke tembok dengan kasar.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang