11th

431 71 20
                                    

Ryujin berjalan dengan ponsel dikedua tangannya. Tatapan cewek itu terkesan tanpa ekspresi dengan jas dokter yang masih ia kenakan.

Saat sampai diluar rumah sakit ia menghentikan aktifitas membuka sosial medianya, dengan ponsel digenggaman tangan kanan dan arah pandang mengitari halaman rumah sakit.

Sebuah mobil CRV hitam kemudian berhenti beberapa meter didepannya. Setelah si pemilik membuka kaca pintu penumpang, barulah mata Ryujin bisa menangkap wajah Jeno yang menyuruhnya untuk masuk.

Berjalan dengan langkah cepat, setelah masuk kedalam mobil Ryujin menghempaskan punggungnya sambil memasukkan ponselnya kedalam tas. Sementara Jeno langsung tancap gas mengendarai mobilnya keluar dari area rumah sakit.

Sama sekali tidak ada obrolan, Jeno melirik Ryujin yang tidak bersuara. Mata cewek itu juga terlihat sayu. Membuat Jeno jadi tidak enak sendiri padahal dirinya sudah merencanakan sesuatu.

"Lo ngantuk?"

"Ini mau kemana?"

Ryujin membalas dengan nada pelan, tidak menjawab pertanyaan Jeno dan memandang bingung kemana perginya mereka.

Jeno berdehem, "Lo gak laper?"

"Baru jam tujuh."

"Terus lo mau makan malem jam sepuluh malam, gitu?"

Ryujin berdecak, "Gue capek, ada operasi dan gue sibuk banget hari ini." Lalu mengarahkan pandangannya keluar jendela mobil.

Jeno melirik Ryujin, kemudian menghembuskan nafas pelan. "Setidaknya lo makan dulu, jangan sampai ditinggalin. Habis itu baru beneran gue anterin pulang. Atau lo mau gue ijinin lagi biar besok gak usah masuk?"

Ryujin menoleh pada Jeno. Mereka bertatapan sekilas, dan Jeno duluan yang mengalihkan pandangannya untuk fokus menyetir.

"Lo sebenernya ijinin gue buat pulang cepet karena apa?"

"Buat makan malem sama lo." Jeno menjawab santai, sementara mata Ryujin agak membesar sekilas. Tidak menduga jawaban Jeno akan seperti itu, terlalu jujur.

"Jangan ngandelin kekuasaan. Besok ada pasien gue yang harus gue sendiri tanganin. Gak semudah itu gue tinggal buat ngambil libur."

"Kalau gue tetep minta lo libur, gimana?"

Ryujin mencebik. Sayangnya, Jeno memang punya kekuasaan. Dan Ryujin baru mengetahui satu hal bahwa cowok menjengkelkan disampingnya ini adalah pemilik rumah sakit tempatnya bernaung.




***





"Hyunjin gak ikut?"

"Suasana hati dia lagi gak bagus, nanti malah gak fokus." Jawab Bangchan melirik pada Felix, kemudian Han dan Jeongin.

"Tapi dia serius gak dikasih tugas satupun?" Tanya Jeongin.

"Gue udah milih tugas yang bisa dia ambil sesuai keahliannya, yang batas waktunya juga gak terlalu mendesak, jadi nanti gue bisa ngomong dulu sama Hyunjin."

Jeongin mengangguk mengerti.

Han menghembuskan nafas pelan, "Kalau gini terus Zeroes gak bakalan bisa berhenti. Bukan bokap lo yang jadi masalahnya, tapi karna para petinggi udah tau siapa kita, mereka tetep ngandelin dan selalu manggil kita buat nanganin ambisi mereka." Tutur Han.

"Permintaan mereka juga masih banyak, susah buat kita ngakhirin apa yang udah dimulai." Sambung Felix, melirik laptop Han membaca sekilas daftar tugas mereka.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang