5th

649 98 12
                                    

Ryujin memasuki kamar pasiennya ditemani satu orang perawat yang membawa troli untuk membersihkan tubuh pasien yang masih terbaring tidak sadarkan diri dua hari terakhir.

Membuka pintu ruangan dan tidak mendapati seseorang didalamnya, Ryujin lantas memeriksa infus dan denyut jantung pria paruh baya yang masih terbaring tanpa pergerakan selain hembusan nafasnya. Sementara salah seorang suster yang bersamanya mulai mengelap tubuh pasiennya.

"Keluarganya tidak ada yang menemani sus?"

"Biasanya anaknya datang pagi-pagi untuk melihat kondisinya dok, lalu pergi lagi. Mungkin beberapa menit lagi dia datang."

"Anaknya yang pertama kali kesini?"

"Iya dok. Setau saya hanya dia yang selalu datang berkunjung."

Ryujin menghembuskan nafas pelan, andai saja dia bisa bertindak 'setidak peduli itu?'

"Kondisinya terus menurun dari kata baik. Walau operasi berhasil, secepatnya kita harus segera mendapatkan donor ginjal." Suster yang diajaknya bicara mengangguk.

Selesai dengan pemeriksaannya, Ryujin malah melamun. Dia sedang tidak terlalu sibuk hari ini. Biasanya setelah memeriksa seorang pasien, ada lagi pasien yang harus dirinya periksa. Atau bahkan berkali-kali melakukan operasi.

Dan lamunan Ryujin seketika buyar begitu suster didepannya menjatuhkan sesuatu dan berjongkok untuk mengambilnya.

"Apa itu sus?"

"Emm, gelang pasien. Saya tidak sengaja menjatuhkannya." Jawab suster itu lalu menunjukkan gelang bermotif bunga tiga kelopak berwarna perak. Ditengah kelopaknya seperti terdapat berlian kecil. Ryujin agak terpukau melihat itu.

"Boleh saya lihat?" Suster itu kemudian memberikannya pada Ryujin.

"Biar saya yang nanti kasih ke anaknya begitu dia berkunjung." Ujar Ryujin setelah beberapa detik mengamati.

***

"Nanti malem lo harus turun." Ujar Chan tiba-tiba begitu baru masuk ke kamarnya.

Hyunjin yang sebelumnya melamun menampilkan raut tidak mengerti.

"Turun? Maksud lo—"

"Gak semudah itu kita bebas sepenuhnya Jin. Ayah udah menyetujui beberapa kerjaan tanpa sepengetahuan kita. Dia udah menandatangani, dan menerima komisinya tanpa sepengetahuan kita. Maafin gue yang baru tahu tentang ini."

Hyunjin berdecak kesal, dirinya tidak habis pikir. Sementara Chan sudah menundukkan kepalanya ketara frustasi.

"Berdua? Kita udah bubarin Zeroes, terus kita mau terus lanjut ngejalanin misi dengan taruhan nyawa? Kita harus bagi tugas kak."

"Gue ngerti Jin. Gue udah hubungin Han, Jeongin, sama Felix. Syukurnya mereka bilang bisa bantu."

Hyunjin akhirnya bisa menghembuskan nafas lega. "Oke."

"Beberapa menit lagi mereka bakalan dateng. Kita harus bicarain planing nya dulu."

Empat puluh menit berlalu, mereka semua berkumpul. Target mereka kali ini sudah tidak asing lagi. Tentunya orang-orang penting dalam sebuah perusahaan yang selalu haus akan tahta. Yang meminta mereka pun berprofesi sama. Bagai hal lumrah, tujuannya selalu berniat untuk balas dendam dan kebencian.

"Felix, seperti biasa tugas lo nyamar sebagai orang dalem buat mantau keadaan. Han, lo bisa tanganin itu kan buat dapetin identitas yang bisa Felix pake?" Han mengangguk mengiyakan pertanyaan Chan.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang