19th

378 54 6
                                    

Park Woojin.

Salah satu rekan Lee Daejoon, ayah Jeno, yang dengan jelas Jeno duga dalang dibalik percobaan pembunuhan yang dialaminya.

Jeno tau laki-laki paruh baya itu pasti menyimpan dendam kepada ayahnya, lantaran Lee Daejoon membatalkan sepihak kerja sama perusahan, dan beralih bekerja sama dengan Shin Jinyoung, ayah Ryujin yang dirasa lebih berpotensi untuk mendapatkan keuntungan.

Laki-laki itu tidak terima, tentu saja. Dan berani berbuat nekat hingga membunuh Lee Daejoon juga Jeno sendiri, lantaran masih merasa tidak terima.

Hal itu sudah biasa terjadi dalam dunia bisnis.

Seorang dokter juga dua orang suster kemudian datang menghampiri Jeno dengan tampang tercengang. Melihat pasien tersebut melamun kosong sambil menggenggam pisau.

"Anda baik-baik aja?"

Jeno tersentak, lalu menoleh dan mengangguk sambil meletakkan pisau yang digenggamnya kembali ke atas nakas.

"Tadi tangan saya tiba-tiba tidak bisa digerakkan."

"Sepertinya cairan itu sesekali akan bereaksi. Apa terasa nyeri?"

"Nggak, cuman mati rasa."

Dokter itu menyentuh tangan Jeno, memeriksa. Sementara sang suster lalu memposisikan Jeno untuk berbaring.

"Anda habis minum obat?"

"Iya."

"Sepertinya itu respon tolak cairannya. Setelah kamu minum obat mungkin akan sering seperti itu."

"Kamera CCTV di ruangan ini mati?"

Dokter itu mengernyit mendengar pertanyaan Jeno. "Tentu tidak, kenapa?"

"Bisa tolong di cek?"


***


"Kenapa kalian bolehin pasien pulang gitu aja gak lapor saya dulu?! Dia baru aja operasi, masih harus dirawat intensif!"

Ryujin mengusap keningnya, sementara beberapa orang suster dibelakangnya menundukkan kepala.

"Anaknya yang memaksa untuk dipulangkan dok, katanya juga keinginan ayahnya sendiri yang baru aja sadar. Biaya administrasi juga sudah dibayar semua. Katanya mereka ingin pindah rumah sakit."

"Gak bisa gitu dong, walaupun kita ijinkan untuk peralihan rumah sakit seharusnya juga harus kompromi dulu. Gak bisa langsung kabur gitu aja."

Dokter muda itu lalu membalikkan badannya, melangkah cepat langsung menuju ruangannya sendiri.

"Hish, apa dia gak mengkhawatirkan keadaan ayahnya sendiri? Main bawa kabur aja padahal baru sadar." Ryujin meneguk air mineralnya rakus. Merutuk pada temannya Jeno itu, Kim Seungmin. Yang membawa kabur ayahnya pergi tanpa seijin dokter.

Ryujin kemudian kembali berdiri, harus kembali melakukan pemeriksaan pada pasiennya yang lain. Sekilas, cewek itu melirik kalender disudut mejanya. Melihat angka yang ia lingkari sambil menggigit bibir bagian bawahnya.

"Tinggal beberapa hari lagi. Gapapa kan?" Gumam cewek itu pelan. Lalu berjalan keluar dari ruangannya.

Seorang suster yang sedang mendorong troli menganggukkan kepalanya pelan menyapa sebelum melewatinya beberapa meter didepan. Dibalas hal yang sama oleh Ryujin, namun kurang berhati-hati, cewek itu menyenggol benda yang berada diatas troli hingga jatuh.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang