22nd

51 10 1
                                    

Jeongin mengerem mobilnya mendadak. Keningnya mengerut. Ekspresi cowok itu tidak berbeda jauh dengan raut wajah Bangchan, bingung melihat rumah yang akan menjadi target mereka ramai penjaga. Padahal seharusnya hanya ada dua orang security, seperti kata Han.

Mobil mereka sengaja dihentikan beberapa meter dari rumah Shin Jinyoung. Sengaja jauh dari lampu jalan. Tepat dibawah pohon rindang dalam kegelapan.

"Kok banyak yang jaga?" Gumam Jeongin heran. Dalam diam dengan tanda tanya, Bangchan mengiyakan.

Ponsel Bangchan kemudian bergetar, nama Han Jisung tertera disana.

"Chan, sorry. Rumah Shin Jinyoung ternyata lagi dikawal, sekitar 20 orang. Gila! Mereka kayaknya baru dateng beberapa menit yang lalu."

"Mereka penegak hukum? Atau bodyguard ilegal?"

"Yang jelas bukan penegak hukum kayak polisi atau tentara. Yang jelas juga bukan bodyguard Shin Jinyoung. Kayaknya ada yang mau ngelindungin cewek itu."

"Berarti suruhan orang lain?"

"Kayaknya gitu." Han diujung sana mengiyakan.

Bangchan mendengus, ternyata cewek ini cukup berbahaya. Bahkan sampai ada pihak yang tau cewek itu kini sedang dalam bahaya?

"Butuh bantuan? Setidaknya kalian butuh yang handal jarak jauh. Gue bisa turun."

"Oke, cepet!"

***

Seorang asisten rumah tangga menghampiri Hyunjin yang kemudian mengalihkan fokusnya. Cowok itu sebelumnya memperhatikan detail rumah Ryujin yang cukup luas namun terkesan sepi.

Hyunjin sadar, seharusnya ia tidak harus datang di jam larut seperti ini. Tepat pukul setengah dua belas malam.

Didepan gerbang depan juga tidak ada yang mengawal, untungnya asisten rumah tangganya yang hendak mengunci pintu melihatnya yang sedang termenung diluar gerbang, sebenarnya juga masih ragu untuk bertamu.

"Silakan diminum tuan, biar saya panggilkan nona Ryujin'nya." Ujar asisten rumah tangga itu lalu beranjak.

Meski tidak terdengar jelas, Hyunjin mendengar dering telepon rumah yang ada diruangan lain berdering.

Hyunjin menghela nafas pelan. Sepertinya bibi tadi akan menjawab panggilan telepon itu terlebih dahulu. Lebih baik memang besok saja cowok itu menjelaskan semuanya seperti kata Ryujin. Tidak terlalu terburu-buru seperti ini.

Hyunjin kemudian agak tersentak, begitu pintu utama rumah itu tiba-tiba terbuka dalam keheningan. Kemudian terlihat beberapa laki-laki dengan jas hitam juga headfree di masing-masing telinga mereka memasuki ruang utama. Salah satu dari mereka mengomando untuk berjaga dibeberapa wilayah.

Dalam hati Hyunjin bertanya-tanya,

"apa biasanya begini?"

Dua orang dari mereka menaiki tangga, satu orang berjaga diluar pintu utama lalu menutup pintunya, dan sisanya menyebar entah kemana, sementara satu orang lagi menghampiri Hyunjin dengan pandangan menelisik.

"Anda siapa?" Tanya laki-laki itu.

"Saya temannya Ryujin, ada yang perlu diomongin." Jelas Hyunjin, terdengar santai.

Laki-laki itu meskipun masih terlihat curiga akhirnya mengangguk.

"Apa sangat penting? Ini sudah terlalu larut untuk bertamu."

"Iya, saya cuman sebentar."

Laki-laki itu kembali mengangguk lantas beranjak. Samar-samar berbicara melalui headfree sambil melirik ke arahnya. Lalu membuka pintu utama mungkin hendak berjaga di depan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang