18th

376 68 18
                                    

Ryujin berjalan mendekat ke brankar perbaringan Jeno yang masih enggan membuka kedua matanya.

Kembali mendudukkan dirinya di kursi sebelah kanan Jeno, menyentuh pelan punggung tangan cowok itu dengan pikiran bercabang.

Pakaiannya masih sama sejak semalam, dengan matanya yang terasa agak perih lantaran menangis lalu jatuh tertidur disamping Jeno, sekalian juga dirinya yang niatnya menunggu cowok itu.

Ryujin lalu menidurkan kepalanya menghadap wajah Jeno, memandang kosong cowok itu, padahal pikirannya melayang ke sosok lain.

Entah apa yang dirasakan Ryujin, di dalam sudut hatinya cewek itu merasa sesak, juga kecewa dengan alasan yang tidak jelas.

Ryujin kaget dengan bagaimana liarnya Hyunjin semalam memukuli sepuluh orang remaja sekaligus. Juga fakta yang dirinya belum yakin, hingga kecewa teramat sangat jika tuduhan yang mengatakan Hyunjin yang menyelakai Jeno itu benar.

Tuduhan? Ya, jika Hyunjin memang bukan yang menyelakai Jeno, Ryujin yang akan menyesali perkataannya sendiri.

Liquid bening dari mata kirinya tanpa sadar mengalir melewati hidung lalu jatuh dilipatan punggung tangannya.

Cewek itu bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Kenapa se-sesak ini?"

Saat Ryujin menuju rumah sakit ini semalam. Cewek itu sadar, dari belakang mobil Hyunjin mengikutinya sampai dihalaman rumah sakit. Lalu pergi setelah Ryujin masuk kedalam gedung.

Apa dirinya yang salah?

Puas mengeluarkan air mata tanpa suara, Ryujin kembali menegakkan punggungnya lalu menghapus kasar pipinya yang basah. Kali ini menatap lamat Jeno yang terpejam.

Memperhatikan bulu mata lentik cowok itu, lalu hidung bangirnya. Tidak menampik, kalau Jeno memang tampan. Sama seperti Hyunjin.

"Eh?"

Ryujin lalu tersentak, saat melihat sekilas kelopak mata Jeno yang bergerak pelan.

Cewek itu lalu memeriksa sendiri denyut jantung Jeno yang sebelumnya lemah lewat denyut nadi di pergelangan tangan kanan juga lehernya. Menghembuskan nafas pelan lantaran denyut nadi cowok itu normal, Ryujin lalu memajukan tubuhnya mengusap pelan kelopak mata Jeno. Mencoba menarik kesadaran cowok itu yang sebelumnya koma.

Kedua kelopak mata Jeno terbuka perlahan. Hendak terbuka sepenuhnya, namun kembali menyipit lantaran sinar matahari pagi langsung menyilaukan pandangannya. Ryujin yang mengerti lantas menghalangi cahaya didepan wajah Jeno dengan tangannya. Mencoba menghalau sinar matahari sambil berdiri, sampai mata Jeno terbiasa setelah beberapa menit.

Cewek itu lalu menekan tombol didekat ranjang pembaringan Jeno. Meskipun dirinya juga seorang dokter, dokter yang sebelumnya menangani Jeno lah yang harus memeriksa memastikan kembali keadaan cowok itu.

Seorang dokter paruh baya berjalan mengarah pada Ryujin yang berdiri menunggu di sudut ruangan dekat sofa setelah selesai memeriksa. "Syukurlah, keadaan pasien saat ini sudah mulai stabil. Namun untuk berjaga-jaga. Empat jam sekali saya akan memeriksa keadaan pasien kembali. Cairan yang dimasukkan sebelumnya masih terasa ganjil dan kita belum mengetahui cairan apa itu."

Ryujin mengangguk mengerti, juga memberikan senyum ramah sebagai ucapan terimakasih pada sang dokter yang kemudian beranjak.

Berjalan mendekati Jeno, Ryujin memberikan senyum tipis saat Jeno menatapnya.

Mendadak kikuk harus melakukan apa, setelah duduk dikursi yang sebelumnya ia tempati Ryujin mengusap tengkuk. Dan melihat mata Jeno melirik botol air mineral milik Ryujin yang sebelumnya cewek itu letakkan disana belum sempat diminum.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang