10th

458 75 25
                                    

Seorang suster masuk keruangannya setelah Ryujin persilahkan masuk. Kemudian menyerahkan sebuah dokumen yang membuat dokter muda satu itu menghentikan aktifitas menulisnya.

"Ini dok, hasil dari data pasien Han Mina yang sudah dicocokkan dengan pendonor."

Ryujin menerima dokumen itu, membacanya lalu menghembuskan nafas sepelan mungkin.

"Terimakasih, kalau begitu besok bisa kita lakukan operasinya. Pastikan keadaan pasien selalu stabil." Suster tersebut mengangguk lalu beranjak keluar.

Ryujin menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi setelahnya. Lalu memijat kedua keningnya sambil menghela nafas kasar.

Menjadi seorang dokter tentu pekerjaan yang mulia. Ryujin tidak menampik hal itu. Setiap mendapatkan pendonor untuk para pasien yang sekian lama berjuang, Ryujin juga pasti turut merasa senang.

Tapi kenapa harus dirinya yang menjadi perantara diantara sembuh dan sakitnya setiap pasien?

Bukannya tidak senang dan selalu mengeluh. Tapi Ryujin hanya tidak ingin selalu menampik dan terbebani dengan phobianya yang selalu datang dan menjerat. Padahal melawan semua rasa takut dari cairan merah kental itu sudah termasuk hal yang biasa ia rasakan.

"Kenapa sih phobia ini selalu ada?" Gumam Ryujin lirih.

Ryujin memejamkan matanya, lalu mengerutkan keningnya karna selintas pemikiran tiba-tiba terlintas diotaknya.

Mendapatkan suatu kesimpulan dari keterdiamannya, Ryujin langsung menegakkan punggungnya tiba-tiba.

"Kenapa gue harus jadi dokter?" Gumam Ryujin, bertanya pada bayang-bayang seseorang dipikirannya.

Mata Ryujin teralih pada kalender kecil di mejanya, menatap kalender itu dengan tatapan menerawang.

"Apa gue berontak aja?"

***

Ryujin menatap tidak mengerti Seungmin yang memberikan senyum ramahnya. Berbeda dari awal saat cowok itu yang menunggu didepan ruangan saat ayahnya kecelakaan, raut wajah Seungmin terkesan datar. Lalu yang kedua, masih terhitung beberapa jam sebelum Ryujin makan siang bersama Jeno, raut wajah cowok itu kalem bersahabat.

"Menurut hasil rontgen, anda tidak memiliki patah tulang. Semuanya baik-baik saja." Ujar Ryujin, sambil melihat foto area dalam Seungmin yang telah diperiksanya.

Ryujin hanya tidak mengerti, dan bahkan tidak tau, apa yang baru saja terjadi dengan cowok didepannya ini. Yang datang dengan seorang suster menghampiri ke ruangannya dengan kondisi tidak baik-baik saja. Dan anehnya, hanya ingin diobati dengan dokter spesialis organ dalam sepertinya.

Karna label dokter adalah profesinya, Ryujin tentu tidak mempermasalahkan menjadi tugas siapa seharusnya Seungmin diperiksa. Apalagi dengan dalih Seungmin sendiri yang katanya ada yang tidak beres dengan tulangnya, hingga dokter spesialis organ dalam seperti Ryujin lah yang bagi Seungmin harus mengobatinya.

"Jangan pake bahasa formal gitu. Pemeriksaannya udah selesai kan? Kita juga udah saling kenal." Sahut Seungmin santai.

Ryujin berdehem, lalu menatap Seungmin. "Oke. Lagian juga, kenapa lo maunya gue yang periksa. Padahal kondisi lo seharusnya bukan gue yang tangani." Jelas Ryujin, mencoba bersikap biasa.

"Iya gue tau lo dokter spesialis organ dalam. Tapi gak bisa luka diwajah gue juga tolong diobatin dulu?" Seungmin menunjuk keadaan wajahnya dengan jari telunjuk yang ia putar sekilas didepan wajah.

Blood |  H.HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang