Terima kasih Bu, telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan hingga aku melihat indahnya dunia.
Terima kasih Yah, jerih payah dan cucur keringatmu telah membawaku duduk pada bangku pendidikan untuk menuntut ilmu.
Terima kasih. Ibu dan Ayah telah menyayangiku sedari aku kecil hingga dewasa. Menjagaku sepenuh hati dengan ketulusan yang tak tertandingi oleh kasih sayang siapapun.
Melihat indahnya alam ciptaan Allah. Aku terkesima pula pada mata indahmu, Ibu. Mata yang begitu mencintai seorang aku dan rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya.
Aku terkesima pula pada mata indahmu, Ayah. Ditarik matahari, peluhmu demi keluarga berkobar, semangat untuk mencari sesuap nasi. Saat itu pula kedipan matamu menandakan kebahagian ketika seorang aku telah berhasil memenuhi inginmu.
Tak ada yang dapat menggantikan posisi kalian berdua. Begitu berarti Ibu dan Ayah dalam hidupku, membuatku takut akan kehilangan. Tidak sanggup untuk menerjemahkan waktu yang kian berlalu.
Sungguh, aku sangat bersyukur memiliki kalian. Tanpa Ibu dan Ayah, aku bukanlah siapa-siapa yang dapat melakukan apa-apa yang ingin dituju.
Semoga, Ibu dan Ayah selalu dalam keadaan baik dan dalam lindungan Allah.
Allaahummaghfirlii waliwaalidayya warham humma kamaa rabbayaa nii shaghiiraa.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا
Dari aku, anakmu.
Bengkulu, 8 Januari 2020 | Riani
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kehidupan
PoetryMenulislah, maka engkau akan dikenang. _Riani Menghargai bukan bom vote, tetapi dengan membaca dan memberi komentar. #1 Write (15/11/2019) - (07/01/2020) #6 Diary - 5,59k (13/01/2020)