34 Hanya butuh Keajaiban (1)

5.6K 177 6
                                    

[SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA]
.
.
.
.

Mereka sudah tiba di Bandara Internasional Jakarta sejak beberapa jam yang lalu, tapi mereka tidak langsung pulang. Mereka berkunjung ke markas terlebih dahulu.

"Gue ada info baru buat lo." ucap Aurel setelah sampai di ruang latihan khusus.

"Ntar aja. Gue mau ngelatih skil gue dulu, udah lama gak di uji." ucap Hazel sambil pergi ke arah loker dan mengambil pakaian dan menggantinya di ruang ganti.

Setelah berganti pakaian, Hazel mengikat rambutnya dengan asal agar tidak ada yang bisa mengganggunya. Dia mulai mangambil senjata dari lemari besi yang tersedia di sana.

Dia memilih pistol Desert Eagle. Sekilas info pistol ini mampu membuat obyeknya tertusuk dan meledak, berbeda dengan pistol lain yang hanya seperti menusuk saja. Daya hancurnya memang gila dengan sematan peluru 325 gram-nya.

Pistol ini hanya memuat 7 peluru saja, padahal pistol biasanya mampu memuat 15 bahkan 20. Alasannya ya karena peluru untuk Deagle ini besar-besar. Lagi pula, satu peluru Deagle dampaknya sama seperti 3-4 peluru biasa.

DOR

DOR

DOR

Suara tembakan menggema di ruangan tersebut. Dan setiap tembakan tepat mengenai sasarannya dan Hazel tersenyum puas melihatnya.

"Lo liat kan? Lo itu udah hebat. Gak latihan juga gak masalah buat lo." Aurel mengucapkan itu sambil mengabsen semua hewan yang ada di kebun binatang dengan nada kesal.

"Sekarang dengerin gue baik baik." sambungnya dan Hazel hanya menajamkan pendengaran nya saja, karena dia mulai menembak sasaran lagi tapi dengan senjata yang berbeda.

Meskipun suara tembakan begitu keras dan kencang tapi Hazel tetap bisa fokus dan mendengarkan omongan Aurel. Tapi ia justru kesal dengan tingkah Hazel yang menurutnya tidak sopan.

"Lo bisa berhenti sekarang gak?!" entah pertanyaan atau pernyataan yang terlontar dari mulut Aurel. Karena menurut Hazel itu tidak ada bedanya.

"Hm" dari sekian banyak pertanyaan yang di tanyakan Aurel baru tadi yang ia respon.

"Gue lanjut yah. Jadi grandpa kesayangan lo itu bermaksud membunuh lo. Tapi secara perlahan lahan." wajah Hazel yang awalnya datar berubah jadi datar sedatar datarnya.

"Ya gue tau."

"Kalo lo tau kenapa minta gue cari tau bangsat?!" Hazel tetap tenang di tempatnya sambil meminum beberapa teguk wine yang tersedia.

"Huft. Mungkin lo udah tau tentang yang tadi. Tapi yang ini lo pasti kaget." Aurel sungguh bersemangat untuk menjelaskan semua nya.

"Ternyata si Cla-" ucapan Aurel terputus setelah melihat ada yang masuk dengan buru buru dan membuka pintu nya secara paksa.

Nampak lah siapa orang di balik pintu itu. Dia seperti habis lomba lari maraton jauh. Dia menghirup oksigen disekitar nya dengan rakus dan kedua tangannya bertumpu di kedua lututnya.

"Lo ganggu aja sih mutia." ucap Aurel kesal.

"Hazel huh huh mommy lo zel huh huh." Mutia mengabaikan kekesalan Aurel, karena sekarang yang terpenting dia ingin menyampaikan sesuatu ke Hazel.

"Tarik nafas. Buang nafas." Mutia pun mengikuti saran dari Hazel. Dan sekarang dirinya sudah bisa bernafas dengan tenang.

"Mommy kenapa?" tanya Hazel.

"Mommy lo kecelakaan zel. Dan sekarang dia lagi di bawa ke salah satu rumah sakit yang terdekat dari TKP."

"Kapan kejadiannya?"

The Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang