3. Hari Masalah

179 34 0
                                    

✨Budayakan vote terlebih dahulu untuk menghargai penulis✨

🕋🕋🕋

Entah apa yang mendorong Khalif untuk datang lebih pagi dari biasanya, dan mulai menjalani hukuman tanpa diperintah.

Disana tampak Mang Alim tengah duduk di pinggir lapangan. Awalnya ia ingin membantu, namun Khalif bersikeras melarang, katanya hitung-hitung libur dadakan.

"Emangna, Ujang Aya salah naon, tepi dihukum kieu?" Tanya Mang Alim sambil terus memperhatikan Khalif yang tengah menyapu lapangan dengan kaku.
(Memangnya, kamu ada salah apa, sampai dihukum gini?)

"Berantem kemarin lusa." Jawab Khalif sambil terkekeh di akhir ucapannya.

"Astagfirullah… aya-aya wae..." Mang Alim menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan Khalif.
(Astagfirullah... Ada-ada saja...)

"Liff…!"

Nampak Sherly berlari ke arah Khalif dan Mang Alim, namun Khalif memilih tak peduli dan meneruskan aktivitasnya.

"Mamang ka gudang sakedap, nya..." Mang Alim pergi setelah berpamitan.
(Paman ke gudang sebentar, ya...)

Sherly berhenti berlari tepat disamping Khalif, sambil mengatur napasnya yang tak teratur. "Lif, aak- eh, g-ggue…  mau ngasih ini." Kata Sherly sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Ya, setelah tahu Khalif mendapat hukuman Sherly berinisiatif membelikannya air mineral di kantin sekolah. Sungguh keajaiban.

Khalif mengernyit bingung. Ada apa? Kenapa Sherly yang begitu membencinya tiba-tiba berbuat baik, pikir Khalif seakan tak ada kejadian besar sebelumnya.  Pemuda itu hanya menatap botol di tangan Sherly sekilas tanpa berniat menerimanya.

"Anggap aja sebagai tanda terima kasih, karena Lo udah nolongin gue." Lanjut Sherly sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang mungkin pertama kali ia berikan pada seorang Khalif.

"Gue nolong Lo tanpa pamrih." Jawab Khalif tanpa melirik Sherly sedikitpun.

"Ya… anggap aja ini sebagai tanda permintaan maaf gue, karena nolong gue, Lo jadi di hukum gini." Sherly masih tetap pada pendiriannya.

Khalif menghela napas berat. "Gue ulang, gue nolong Lo tanpa pamrih. Karena gue pikir, kejadian itu fatal dan nggak bisa didiemin."

"Ya-yaa... itu terserah Lo mau mikirnya gimana, yang jelas, gue cuman mau ngasih ini sebagai tanda terima kasih dan maaf dari gue." Sherly masih tetap memaksa. Ia merasa tidak enak karena selama ini menganggap Khalif manusia yang paling tak berguna, yang hanya bisa membuat masalah. Dan mulai hari itu, ia percaya, bahwa setiap manusia mempunyai sisi baiknya.

Khalif melanjutkan menyapu, sambil berpikir keras, ada apa dengan ketua kelas garang ini. Namun tak lama kemudian, ide konyol terlintas dipikirannya. Khalif tertawa mengejek dalam hati.  "Gue nggak butuh, air di keran toilet juga banyak."

Khalif berhasil membuat Sherly menganga terheran-heran dengan jalan pikirannya.  Ia menarik kembali pikiran awalnya. Manusia yang satu ini hanya punya sisi buruk. Titik. Pikir Sherly yang rasanya ingin mengutuk pemuda menyebalkan ini.

"Lalat masuk, baru tau rasa!" Sindir Khalif yang membuat Sherly harus mencoba menambah energi kesabarannya.

"Untung gue hutang budi sama Lo, kalau enggak, pengen gue geprek tuh mulut!" Batin Sherly menggerutu.

Tangan kiri Sherly meremas-remas rok abu-abunya untuk melampiaskan nafsunya untuk mencaci maki Khalif. "Di kasih hati minta jantung!" Sherly mendengus pelan.

First Assalamu'alaikum (For Oppa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang