Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah akhirnya bisa up
Kemungkinan habis ini aku bakal lebih jarang up, semoga kalian masih setia 🤣
Happy reading
❤️Aisyah terdiam sejenak, ketakutan semalam kembali menyerang sekujur tubuhnya. Tangannya meremas rok kuat-kuat hingga ujung kuku-kuku terlihat memutih. Gadis itu merunduk dalam, tangan kanannya mengelus pelan lengan kiri dari balik khimar.
"Aku …."
·
·
·"Aku ... nggak bisa, Lif."
Pemuda itu memandang heran Aisyah yang tingkahnya tiba-tiba aneh.
"Lo kenapa, Ai?"
"A-aku … mau ke kantin dulu," lirihnya sambil bangkit dan melenggang pergi dengan kepala yang terus menatap bumi, seakan alam dihadapannya bisa membunuh kapan saja jika menangkap pandangannya.
"Kantin Lif," ucap Edgar seraya menepuk pundak Khalif.
Yang diajak, mengangguk singkat. "Duluan aja."
Edgar terdiam sejenak memperhatikan Khalif yang memandang lurus dengan tatapan kosong.
"Gue tunggu di tempat biasa," kata Edgar yang kemudian berjalan keluar kelas lebih dulu.
Khalif masih mematung ditempat, pikirannya berhasil dibuat bingung dengan sikap Aisyah yang aneh hari ini. Tidak seceria biasanya, seperti ada sesuatu yang mengusik ketenangannya.
Pemuda itu mengambil kotak makan Aisyah dan menyusulnya, ia ragu gadis itu benar-benar pergi ke kantin.
–·•°•·–
Bel yang berdering nyaring memaksa Khalif kembali ke kelas dengan pikiran kosong, kotak makan merah muda itu masih setia dalam genggamannya karena pemiliknya tak berhasil ia temukan."Lo habis nyari Aisyah?"
Khalif menaruh kasar kotak makan ke kolong meja tanpa berniat menjawab pertanyaan Edgar.
"Handphone Lo getar tuh dari tadi," ucap Edgar sambil menunjuk tas Khalif dengan dagunya.
Pemilik tas itu mengambil handphone dari sana, segera menelepon balik pada nomor yang tak dikenalnya.
"Halo."
"Annyeonghaseyo, Oppa!" seru gadis yang amat Khalif rindukan.
Khalif menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan indah, Edgar mengernyit heran melihat perubahan mimik wajah Khalif.
"Apa kabar?"
"Kau harus menjemputku malam ini!"
"Hey ... jawab dulu, apa kabar?"
"Sangat sangat sangat baik, terlebih setelah Papa mengizinkan aku pulang," jawab Sooyoung di seberang sana.
"Lif, ada guru!" seru Edgar saat mendapati guru mereka telah melewati jendela di sampingnya.
"Kabari kalau udah di bandara," ucap Khalif yang kemudian menutup sambungan telepon sepihak dan memasukkan handphone-nya ke dalam tas.
–·•°•·–
Khalif yang tengah merapikan alat tulisnya berhenti sejenak kala gadis berkerudung putih yang ia tahu teman Aisyah, Laila, memasuki kelasnya yang kini telah sepi.Khalif bergegas menghampirinya kala gadis itu keluar kelas dengan membawa barang-barang Aisyah.
"Lo temennya Aisyah, 'kan?"
Yang ditanya membalik badan sembari mengangguk singkat.
"Aisyah ke mana?" tanya Khalif lagi seraya memandang ke arah tas pink-putih milik Aisyah.
gadis itu mengikuti arah pandangan Khalif. "Aisyah pulang tadi siang."
"Kenapa?"
"Aku kurang tau."
"Oke, makasih."
Gadis itu mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan Khalif yang termenung. Entah kenapa perasaan khawatir menyeruak dalam kalbu, hingga pemuda itu lupa jadwalnya sore ini jika saja Edgar tidak meneriakinya.
"Woi! Lif! Katanya mau beli kado."
–·•°•·–
"Oppa!" seru gadis dengan rok cream selutut, kaos putih dibalik sweater pink dan koper besar berwarna senada sweaternya yang ditarik dengan semangat.
Khalif duduk santai di motornya sembari menyuingkan senyum kala Sooyoung tiba tepat di depannya, lampu jalan yang menerangi tepat di atas Khalif berhasil meningkatkan kadar ketampanannya.
Gadis bermata sipit itu memiringkan kepala dan mimik wajahnya berubah bingung.
"Motor?"
Khalif mengangguk seraya melebarkan senyum jahil, membuat Sooyoung menggerutu.
"Apa selama aku pergi kau mengalami tekanan batin, huh?!" kesalnya sambil mengangkat dagu.
Khalif mengedikkan bahu dan menjawab dengan bahasa Korea. "Ama, seperti yang kaulihat."
(Mungkin)Sooyoung membulatkan mata, geram dengan Kakaknya yang nampak sedikit kehilangan akal sehat, ia berpikir sepertinya pemuda yang lama menjomblo itu benar-benar mengalami tekanan batin.
Khalif terkekeh geli sambil mengambil alih koper dan menariknya ke arah taksi yang terparkir tepat di belakang motornya.
"You are so crazy!" maki Sooyoung saat Khalif telah kembali dan menaiki motor.
"Mau pulang apa maki-maki terus di situ?" goda Khalif yang telah memakai helm.
Sooyoung memajukan bibirnya merengut sebal sambil bertengger di jok belakang motor ninja hitam itu. Mengingat malam semakin larut, Khalif segera mengendarai motornya menuju rumah.
Angin malam dan suara serangga menemani perjalanan keduanya, benar-benar menyejukkan hati, mata, dan pikiran. Sooyoung sangat menikmati setiap detik yang kini ia lewati, gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskan perlahan.
Namun ketentraman yang tengah menemani keduanya direnggut paksa tepat setalah mereka melewati sebuah gang dan deru beberapa motor terdengar dari arah belakang, hal itu mengalihkan fokus Khalif. Ia memicing ke arah kaca spion, matanya terbelalak saat lampu jalan berhasil memberinya pencahayaan maksimal, dan menunjukkan sosok pengacau yang nampak memandang tajam dari balik helm.
Jantung Khalif berdegup kencang, ia takut karena bersama Sooyoung, pemuda itu takut terjadi sesuatu pada adiknya. Khalif segera merogoh saku celana untuk mengambil handphone dan menyodorkannya pada Sooyoung.
"Telepon Edgar! Cepet!"
Sooyoung mengernyit karena suara Khalif kalah keras oleh deru mesin motor-motor di belakang mereka.
"Apa?"
Khalif mengeraskan suaranya. "Jangan nengok! Cepetan telepon Edgar!" Khalif memegang erat tangan kiri Sooyoung yang melingkar di pinggangnya, bersiap menambah kecepatan laju motor.
"O-okee." Sooyoung meringis takut sembari melakukan perintah Kakaknya, tak lupa bibirnya yang terus merapalkan doa.
–·•°•·–
Maaf ya, part ini pendek banget:(
Makasih banyak buat yang masih setia
Tunggu terus kelanjutannya ya:)
Aku bakal usahain buat up kalau ada kesempatan
See you
❤️Baarokallaah
KAMU SEDANG MEMBACA
First Assalamu'alaikum (For Oppa)
Teen FictionJudul awal : Khalif - Hijrah Series ______________________________ Khalif, pemuda blaster-an Korea-Indo yang belajar banyak dari kisah hidupnya. Sejak kecil Khalif tidak mendapat perhatian dari kedua orangtuanya, mereka terlalu sibuk dengan urusan m...